Logo BBC

Kisah 9 Perempuan yang Selamat dari Tahanan Nazi

BBC Indonesia
BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

"Guigui atletis, jauh lebih halus, dan tenang, sedangkan Lon adalah tipe orang yang keras kepala, orang yang memilih berada di tengah," ucapnya.

Ada juga Renee Lebon Chatenay alias Zinka yang disebut Gwen sangat berani. Disebut boneka kecil oleh Lon, Zinka bertubuh pendek dengan rambut ikal pirang dan celah di antara gigi depannya.

Dipisahkan dengan bayinya

Bersama suaminya, Zinka bekerja untuk jaringan yang membantu penerbang Inggris melarikan diri kembali ke Inggris.

Zinka ditangkap pada usia 29 tahun. Dia melahirkan saat berada di penjara. Dia memberi nama bayinya France.

Zinka hanya diizinkan untuk menjaga bayinya selama 18 hari sebelum dia dibawa pergi dan dideportasi ke Jerman. Dia selalu berkata bahwa dia harus bertahan hidup untuk putrinya.

Perempuan lain dalam kelompok ini adalah Yvonne Le Guillou alias Mena. Gwen menyebutnyanya sebagai gadis kelas pekerja yang gemar jatuh cinta.

Dia bekerja dengan jaringan Belanda di Paris dan jatuh cinta pada laki-laki Belanda pada saat itu. Dia ditangkap pada usia 22 tahun.

Yang termuda dari sembilan perempuan ini adalah Josephine Bordanava alias Josee, yang baru berusia 20 tahun ketika dia ditangkap di Kota Marseille. Dia berasal dari Spanyol dan memiliki suara indah.

Josee, kata Gwen, dapat menenangkan anak-anak dengan bernyanyi untuk mereka.

Sembilan perempuan tadi dipindahkan ke Ravensbruck, sebuah kamp konsentrasi untuk perempuan di Jerman utara. Mereka kemudian dikirim untuk bekerja di sebuah kamp kerja paksa di Leipzig untuk membuat persenjataan.

Di kamp terakhir itulah mereka menjalin persahabatan yang kuat.

Kondisi di kamp itu mengerikan. Mereka kelaparan, disiksa, ditelanjangi dan dipaksa berdiri di atas salju yang dingin untuk diperiksa.

Mereka bertahan dengan menciptakan jaringan pertemanan. Di kamp mereka memiliki tradisi membagikan semangkuk solidaritas. Setiap dari mereka menyumbang sesendok sup dan memberikannya kepada salah satu dari mereka yang paling membutuhkan.

Rasa lapar itu menyakitkan, tapi kata Gwen, mereka merasa berbicara tentang makanan yang menenangkan.

Setiap malam Nicole membacakan resep krim kastanye atau bavarois dengan stroberi yang direndam dalam kirsch. Dia akan menuliskannya di secarik kertas yang berhasil mereka curi dari kantor pengurus kamp.