Kelompok Teroris Ambil Alih Kendali Bandara di Kazakhstan
- ANTARA/Reuters/Mukhtar Kholdorbekov/as
VIVA – Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev mengatakan, pada Rabu 5 Januari 2022, bahwa dia telah meminta blok keamanan yang dipimpin Rusia untuk membantu negaranya mengatasi masalah yang disebutnya sebagai "ancaman teroris".
Tokayev berpidato kedua kalinya dalam siaran televisi hanya beberapa jam setelah negara republik di Asia Tengah itu menghadapi kerusuhan terburuk dalam lebih dari 10 dekade yang awalnya dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar. Menurut dia, kelompok teroris yang dilatih oleh asing itu telah merebut gedung, infrastruktur, dan senjata.
Mereka telah mengambil alih kendali bandara di kota terbesar, Almaty, dan lima pesawat di sana, termasuk pesawat asing, katanya.
“Ini sungguh bukan lagi ancaman, ini adalah perusakan integritas negara dan yang paling penting adalah serangan terhadap warga negara kita yang meminta saya untuk membantu mereka segera,” kata Tokayev.
“Almaty diserang, dihancurkan, dirusak, penduduk Almaty menjadi korban penyerangan oleh teroris, penjahat, oleh karena itu, kewajiban kita adalah mengambil tindakan yang mungkin untuk melindungi negara kita,” ujarnya.
Tokayev mengatakan dia telah meminta Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) --aliansi militer yang beranggotakan Rusia, Belarus, Armenia, Kazakhstan, Kirgistan, dan Tajikistan. Dia tidak mengatakan tanggapan apa yang telah dia terima dari CSTO.
Sejumlah kendaraan lapis baja pengangkut personel dan puluhan pasukan pada Kamis pagi bergerak memasuki alun-alun utama di kota terbesar Kazakhstan, Almaty, tempat ratusan massa menggelar aksi hari ketiga untuk memprotes pemerintah, menurut koresponden Reuters dari lokasi kejadian.
Wartawan Reuters menyebutkan bahwa suara tembakan terdengar saat pasukan mendekati massa. Stasiun TV pemerintah pada Kamis melaporkan bahwa Bank Nasional Kazakhstan memutuskan untuk menangguhkan seluruh lembaga keuangan. Sebagian besar jaringan internet di negara itu juga mati.
Di sekitar Kazakhstan, aksi protes yang awalnya dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar itu menewaskan delapan polisi dan tentara garda nasional pada Selasa dan Rabu.
Situasi itu mendorong presiden Kazakhstan untuk meminta bantuan dari aliansi keamanan pimpinan Rusia, yang menawarkan pengiriman pasukan penjaga perdamaian. (Ant/Antara)