Satu Suntikan Booster Tidak Cukup untuk Penerima Vaksin Sinovac
- bbc
Studi tersebut dipimpin oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan bersama Tim peneliti vaksin dari Universitas Padjadjaran yang akan menjadi acuan pemerintah dalam menetapkan skema pemberian booster.
Menurut dia, studi serupa juga sedang berlangsung di empat negara lainnya yakni Afrika Selatan, Australia, Chile, dan Vietnam untuk mengetahui apakah pemberian setengah dosis booster vaksin jenis lain selain Moderna bisa memberikan efek yang sama dengan satu dosis.
Pasalnya, rekomendasi yang diterbitkan CDC belum tentu sama efektifnya apabila diterapkan di negara seperti Indonesia, yang mayoritas tidak menggunakan vaksin mRNA seperti di Amerika Serikat.
"Kalau setengah dosis itu ternyata efektif, itu akan menjadi berita yang ditunggu-tunggu dunia karena banyak negara kekurangan vaksin. Selain itu, risiko KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)-nya pun akan kecil," tutur Elizabeth.
Kombinasi vaksin apa yang efektif sebagai booster?
Studi yang sedang berjalan itu, kata Elizabeth, juga bertujuan mencari tahu kombinasi jenis vaksin yang paling efektif sebagai booster.
Kombinasi itu bisa merupakan vaksin dan booster yang sejenis (homologus) maupun berbeda jenis (heterologus), mencakup vaksin Sinovac, Pfizer, dan AstraZeneca.
"Dari penelitian itu kita akan dapat gambaran mana yang efektif meningkatkan titer antibodi, sehingga keputusan yang dibuat bisa berdasarkan bukti," kata Elizabeth.
Sedangkan epidemiolog Dicky Budiman mengatakan dari praktik dan studi yang ada di berbagai negara saat ini menunjukkan bahwa vaksin mRNA seperti Moderna dan Pfizer yang paling berpotensi dikombinasikan dengan vaksin Sinovac.
Di Indonesia sendiri, praktik penyuntikan booster baru dilakukan terhadap tenaga kesehatan yang mulanya mendapat dua dosis vaksin Sinovac, lalu ditambah satu dosis vaksin Moderna.