Israel akan Berikan Vaksin ke-4 COVID-19

Perdana Menteri Israel Naftali Bennett.
Sumber :
  • Deccan Herald

VIVA – Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett, pada Minggu 2 Januari 2021, mengatakan Israel akan memberikan dosis keempat vaksin COVID-19 bagi kaum lansia berusia 60 tahun ke atas, dan staf medis ketika menghadapi lonjakan varian Omicron.

Demokrasi dalam Arus Globalisasi: Negara Modern hingga Pemerintahan Kosmopolitan

Israel pekan lalu merestui dosis keempat alias booster kedua vaksin COVID-19 Pfizer/BioNTech bagi penderita gangguan kekebalan dan penghuni panti wreda.

"Kami sekarang mempunyai lapisan pertahanan baru," kata Bennett saat konferensi pers. Ia juga menuturkan bahwa pejabat tinggi kesehatan pemerintah, yang lampu hijaunya dibutuhkan untuk memperluas program booster, meresmikan langkah terbaru tersebut.

Pendapatan Global McDonald hingga Starbucks Babak Belur Akibat Aksi Boikot 

"Israel akan kembali menjadi pelopor dalam upaya vaksinasi global," katanya.

Sebelumnya dirjen kementerian kesehatan Nachman Ash menyebutkan Israel dapat mencapai kekebalan kelompok saat infeksi Omicron meningkat dan pil antivirus molnupiravir buatan Merck & Co disetujui penggunaannya pada pasien COVID-19 berusia 18 tahun ke atas.

Perekonomian Global Masih Stagnan, OJK Waspadai Dampaknya ke Perbankan RI

Kekebalan kelompok menjadi titik di mana masyarakat terlindung dari virus, baik melalui vaksinasi atau dari orang-orang yang mempunyai antibodi penyakit tersebut.

Varian Omicron yang sangat menular menyebabkan gelombang kasus COVID-19, dengan infeksi global mencapai rekor tertinggi. Rata-rata lebih dari satu juta kasus dilaporkan setiap hari selama periode 24-30 Desember, menurut data Reuters.

Namun tingkat kematian COVID-19 tidak sama, sehingga meningkatkan asa bahwa varian baru Omicron kurang mematikan.

Infeksi harian di Israel diperkirakan bakal mencatat rekor dalam tiga pekan mendatang. Menurut Bennet, hingga 50.000 orang mungkin tak lama lagi terinfeksi virus setiap harinya, sementara kelayakan untuk tes COVID-19 dapat diperketat guna membantu mengurai antrean panjang di pusat pemeriksaan.

"Jumlah (infeksi) harus sangat tinggi agar terwujud kekebalan kelompok. Hal ini mungkin, tetapi kami tidak mau mencapai (kekebalan kelompok) melalui infeksi, kami ingin (kekebalan) terjadi sebagai hasil dari banyaknya penerima vaksin,” kata Ash kepada stasiun radio 103 FM.

Ketua Satgas COVID-19, Salman Zarka, mengatakan kekebalan kelompok sulit sekali terbentuk sebab pengalaman selama dua tahun terakhir menunjukkan bahwa sejumlah pasien COVID-19 yang telah sembuh kembali terinfeksi.

Kemenkes menyebutkan sekitar 60 persen dari 9,4 juta populasi telah divaksin lengkap, hampir semuanya menggunakan vaksin Pfizer-BioNTech. Itu artinya mereka telah mendapatkan tiga dosis atau baru menerima dua dosis.

Namun, ratusan ribu orang yang memenuhi syarat vaksin booster sejauh ini belum mendaftar.

Selama 10 hari terakhir infeksi harian naik empat kali lipat. Hal serupa juga terjadi pada kasus parah, yang naik dari sekitar 80 menjadi 100. (Ant/Antara)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya