Negara Minyak Sudan Selatan 10 Tahun Setelah Merdeka Termiskin Dunia
- bbc
"Ini artinya, meskipun perjanjian perdamaian ditandatangani oleh pihak-pihak utama konflik, masih ada perlawanan terhadap pemerintah yang mengakibatkan kekerasan terhadap warga sipil," ujar Madut.
`Mereka akan memotong kami seperti labu`
Laporan dari Amnesty International pada awal Desember menggambarkan gelombang kekerasan yang baru-baru ini mengguncang bagian barat daya negara tersebut.
Menurut mereka, antara Juni dan Oktober tahun ini saja, belasan penduduk sipil tewas dan lebih dari 80.000 orang lain terusir dari rumah mereka karena pertikaian antar kelompok bersenjata di Equatoria Barat.
Amnesty International mewawancarai belasan penyintas untuk laporan mereka. Seorang perempuan berusia 41 tahun berkata bagaimana dia dan saudara perempuannya ditangkap di semak-semak pada September saat mereka hendak kabur dari Tambura.
"Mereka menyuruh kami duduk dan berkata mereka akan memotong kami seperti labu."
Perempuan itu mengaku kelompok bersenjata itu mengikat tangannya ke belakang punggung dan meletakkan anak laki-lakinya yang berusia 18 bulan di dekatnya.
Kemudian, lanjutnya, salah seorang anggota kelompok itu "meletakkan kakinya ke atas kepala [adik saya] dan memotong lehernya dengan sebilah pisau".
Dan, seakan-akan perang saja tidak cukup, penderitaan masyarakat Sudan Selatan bertambah dengan banjir yang membuat ratusan ribu orang kehilangan rumah pada 2019.
Banjir datang tiga tahun berturut-turut setelah itu. Pada 2021, hujan turun selama lebih dari enam bulan, dan berdampak pada empat negara bagian di area utara dan timur negara tersebut.