Negara Minyak Sudan Selatan 10 Tahun Setelah Merdeka Termiskin Dunia
- bbc
Kiir menuduh wakilnya itu merencanakan kudeta, dan apa yang berawal sebagai perdebatan politik, dengan segera berubah menjadi konflik etnis.
Sedikit kedamaian
Emmanuel, yang kini tinggal di kamp pengungsi milik PBB di Kota Tambura, berkata bahwa gencatan senjata membawa sedikit kedamaian.
"Di kota, suasananya tenang. Orang-orang bisa pergi ke pasar dan tidak ada lagi perang di jalan, tapi ketakutan itu masih ada," dia menjelaskan.
Faktanya, orang-orang masih belum dapat kembali ke rumah mereka. Banyak rumah dibakar dan anggota kelompok bersenjata masih bersembunyi di hutan.
Emmanuel berkata, di awal Desember lalu mereka membunuh orang-orang yang pergi ke peternakan dan menembak satu orang di bagian tangan.
Menurut PBB, selain nyaris dua juta warga Sudan Selatan yang kehilangan tempat tinggal dan mengungsi di dalam negeri karena konflik, jumlah mereka yang mengungsi ke luar negeri, paling banyak ke Etiopia, Sudan, dan Uganda, berjumlah lebih dari 2,2 juta orang.
Mayoritas pengungsi adalah perempuan dan anak-anak, dan banyak dari mereka harus melewati perbatasan sendirian.
Jok Madut, profesor antropologi dari Universitas Syracuse, New York, yang juga seorang analis dan ahli Sudan Selatan, mengatakan bahwa perjanjian perdamaian yang diteken pada 2018 memuat perubahan-perubahan yang harus terjadi selama masa peralihan "tapi tak pernah diwujudkan".
"Pengawasan keamanan tidak dilaksanakan dengan benar. Tapi, di atas segalanya, apa yang membuat kekerasan terus terjadi adalah beberapa kelompok tidak menandatangani perjanjian perdamaian itu," kata dia kepada BBC Mundo.
Ini termasuk Front Penyelamat Nasional (NAS), yang telah berperang dengan pemerintah sejak 2017, militan yang memisahkan diri dari partai SPLM, dan beberapa kelompok lain.