Apakah Hidrogen Biru bisa Membuat Jepang Tinggalkan Batu Bara
- bbc
Kemudian bencana 2011 melanda. Gempa bermagnitudo 9,1 mengguncang pesisir timur Jepang dan memicu kebocoran di PLTN Fukushima. Setelah peristiwa itu, semua PLTN di Jepang ditutup. Sebagian besar masih tutup setelah satu dekade sejak bencana Fukushima terjadi, dan ada penolakan untuk membukaya kembali.
Setelah itu, pembangkit listrik berbahan bakar gas banyak berperan menggantikan PLTN. Hanya saja, gas alam berbiaya mahal.
Oleh sebab itu, pemerintah Jepang membangun 22 pembangkit listrik tenaga batu bara, menggunakan batu bara murah yang diimpor dari Australia. Secara ekonomi, keputusan itu masuk akal. Namun tidak dari sudut pandang lingkungan. Jepang saat ini menghadapi tekanan kuat untuk berhenti menggunakan batu bara.
Alih-alih menutup PLTU batu bara dan beralih ke energi terbarukan, Jepang menjawab situasi ini dengan beralih ke pembakaran hidrogen atau amonia.
"Investasi perusahaan tenaga listrik pada pembangkit batu bara tiba-tiba menjadi sia-sia dan tidak bernilai dalam neraca keuangan mereka," kata Prof Tomas Kaberger, pakar kebijakan energi di Universitas Chalmers di Swedia.
Baca juga:
- Setengah juta rumah tangga Indonesia hidup tanpa listrik, bisakah energi bersih jadi solusi?
- Menggunakan kakao sebagai pembangkit energi, bagaimana caranya?
- Mengapa dunia kesulitan mencari pengganti sawit?
"Itu akan membuat perusahaan tenaga listrik mengalami krisis keuangan, begitu juga bank dan dana pensiun. Ini menjadi tantangan bagi Jepang."