Logo BBC

Kisah ibu Mencari Bayinya yang Diadopsi Paksa Keluarga Lain

BBC Indonesia
BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

 

India
Vivek Nair
Anupama S Chandran menuduh ayahnya mengambil anaknya tampa persetujuan

 

Penantian seorang ibu di India yang kehilangan bayinya telah berakhir. Pencarian panjangnya selama setahun membuahkan hasil ketika pada Rabu (24/11), pengadilan menyerahkan anak itu kepadanya. Soutik Biswas dan Ashraf Padanna melaporkan skandal itu, yang menyebabkan kemarahan dan memicu badai politik.

Selama lebih dari dua minggu, ibu dan ayah biologis anak itu melakukan protes di luar gedung agen adopsi di Kerala, India, menuntut pengembalian anak mereka yang hilang.

Di tengah hujan lebat dan di bawah sorotan kamera, mereka berkemah di bawah terpal di jalan raya yang ramai dilalui kendaraan di Ibu Kota Thiruvananthapuram (dulunya Trivandrum). Saat malam tiba, pasangan itu masuk ke mobil mereka yang diparkir di pinggir jalan.

Perempuan itu mengangkat sebuah poster yang bertuliskan "Kembalikan anakku". Dia mengatakan keluarganya sengaja memberikan bayinya itu untuk diadopsi tanpa persetujuannya, tapi tuduhan itu dibantah ayahnya.

Baca juga:

 

 

Pada 19 Oktober tahun lalu, Anupama S Chandran melahirkan seorang anak laki-laki, dengan berat sekitar 2 kilogram, di rumah sakit setempat.

Aktivis berusia 22 tahun itu melawan stigma sosial dengan memiliki anak di luar pernikahan dengan pacarnya yang sudah menikah dengan perempuan lain. Pacarnya bernama Ajith Kumar Baby. Dia berusia 34 tahun dan bekerja sebagai staf hubungan masyarakat di sebuah rumah sakit.

Hubungan asmara mereka dan kehamilan perempuan itu menimbulkan badai dalam keluarga Anupama.

Memiliki anak di luar nikah adalah hal yang hina di India. Masalahnya menjadi lebih rumit karena Anupama termasuk dalam kasta yang dominan dibandingkan dengan Ajith, yang adalah seorang Dalit, kasta terendah India yang sebelumnya pernah dianggap `haram` untuk disentuh. Perkawinan antar-kasta dan antar-agama tidak disukai banyak orang di negara itu.

 

India
Vivek Nair
Anupama dan Ajith bertemu saat bekerja untuk partai Komunis.

 

Namun, baik Anupama maupun Ajith sama-sama berasal dari keluarga kelas menengah dan progresif.

Kedua keluarga adalah pendukung setia Partai Komunis India (Marxis) yang berkuasa di Kerala, wilayah yang menjadi benteng tradisional komunisme di negara itu.

Ayah Anupama, seorang manajer bank dan pemimpin partai lokal. Sementara kakek-neneknya adalah anggota serikat pekerja dan anggota dewan terkemuka di kotanya.

Anupama sendiri adalah lulusan fisika. Dia adalah perempuan pertama yang mengepalai serikat mahasiswa Partai Komunis di kampusnya. Ajith adalah pemimpin sayap pemuda partai.

Mereka dibesarkan di lingkungan yang sama dan bertemu saat bekerja untuk partai Komunis. Tiga tahun lalu, mereka mulai hidup bersama. Ajith mengatakan dia telah berpisah dari istrinya saat itu dan tidak memiliki anak.

"Itu bukan cinta pada pandangan pertama atau apapun. Kami mulai sebagai teman. Kemudian akhirnya kami memutuskan untuk hidup bersama," kata Anupama.

Tahun lalu, Anupama hamil. Pasangan itu memutuskan untuk memiliki anak. "Kami tidak pernah ragu memiliki bayi. Kami siap menjadi orang tua," katanya.

Dia menyampaikan berita itu kepada orang tuanya satu setengah bulan sebelum melahirkan. Orang tuanya terkejut. Mereka membujuknya pulang ke rumah untuk mempersiapkan persalinannya dan melarangnya berhubungan dengan Ajith.

Ketika Anupama keluar dari rumah sakit, orang tuanya datang untuk membawa dia dan anaknya pulang. Orang tuanya mengatakan Anupama akan tinggal di rumah seorang teman dan kembali ke rumah setelah pernikahan saudara perempuannya, yang tinggal tiga bulan lagi. Orang tua Anupama mengatakan mereka tidak ingin para tamu bertanya tentang bayi yang baru lahir.

 

Anupama
Vivek Nair
Anupama memegang poster bertuliskan `Kembalikan anak saya`.

 

Dia mengklaim bahwa ayahnya membawa bayi itu pergi dari rumah sakit menggunakan mobil. "Dia mengatakan kepada saya bahwa dia akan membawa anak itu ke tempat yang lebih aman, di mana saya bisa bertemu dengannya nanti," katanya.

"Anakku hilang begitu saja."

Selama beberapa bulan berikutnya, mereka mengantarnya ke dua rumah sebelum membawanya ke rumah neneknya, sekitar 200 kilometer dari kota.

Ketika dia kembali ke rumah untuk menghadiri pernikahan saudara perempuannya pada Februari tahun ini, dia menelepon Ajith dan mengatakan kepadanya bahwa putra mereka hilang. Anupama mengatakan orang tuanya telah menyerahkan anaknya untuk diadopsi.

Dia akhirnya meninggalkan rumah pada Maret dan mulai tinggal bersama Ajith dan orang tuanya. Mereka juga mulai mencari anak mereka.

Semuanya berubah menjadi cobaan yang berat.

Di rumah sakit, mereka menemukan bahwa akta kelahiran anak mereka berisi nama laki-laki tak dikenal - bukan Ajith - sebagai ayahnya. Polisi awalnya menolak untuk mendaftarkan pengaduan mereka tentang bayi yang hilang. Polisi malah mengatakan kepadanya bahwa mereka sedang menyelidiki laporan ayahnya terkait hilangnya Anupama dari rumah orang tuanya.

Pada Agustus, polisi membawa berita mengejutkan untuk pasangan itu. Mereka mengatakan ayahnya telah memberi tahu mereka bahwa Anupama secara sukarela menyerahkan anak itu untuk diadopsi.

Pasangan yang putus asa itu sekarang mengajukan keluhan kepada partai yang berkuasa, ketua menteri, agen adopsi, dan kepala polisi negara bagian. Mereka juga mengajukan melaporkan Menteri Budaya Kerala Saji Cheriyan karena diduga mencemarkan nama baik Anupama setelah dia mengatakan "orang tua Anupama sudah melakukan apa yang seharusnya dilakukan semua orang" di siaran berita.

 

Ayah Anupama
BBC
S Jayachandran, ayah Anupama yang juga seorang pemimpin partai Komunis di wilayahnya.

 

Bulan lalu, Anupama dan Ajith juga muncul dalam berita dan menceritakan pengalaman mereka. Politisi dan pejabat akhirnya duduk dan memperhatikan. Anggota parlemen oposisi mencurigai majelis negara, mengatakan ini adalah contoh "kejahatan kehormatan".

"Itu adalah kejahatan kehormatan yang dilakukan secara kolektif oleh perangkat negara," kata KK Rema, seorang legislator oposisi perempuan.

Ayah Anupama, S Jayachandran, membela tindakannya. "Ketika hal seperti ini terjadi di rumah kami, bagaimana kami menanganinya? Saya meninggalkan bayi itu di tempat yang diinginkan Anupama. Dia tidak punya sarana untuk melindungi anak itu. Kami juga tidak bisa melakukannya," katanya dalam siaran berita.

"Anupama mengatakan ayah bayi itu adalah seorang pria yang memiliki istri. Bagaimana saya bisa meninggalkan putri saya dan anaknya bersamanya? Anupama tidak menjaga anak itu dengan baik setelah melahirkan. Jadi saya mempercayakan agen adopsi untuk menjaga anak itu."

Jayachandran mempertanyakan bagaimana sebuah keluarga bisa mempertahankan "anak haram". Dia mengatakan dia menyerahkan bayi itu ke agen adopsi setelah menerima nasihat dari partai Komunis dan seorang pengacara.

Ketika pembawa acara bertanya apakah dia ingin memberitahukan sesuatu kepada putrinya, dia berkata: "Saya tidak ingin mendengar apa pun darinya."

Menyusul keributan itu, polisi mencatat enam orang yang terlibat dalam kasus ini, termasuk orang tua, saudara perempuan, dan ipar Anupama. Mereka menghadapi tuduhan salah tangkap, penculikan, dan pemalsuan dokumen. Semuanya membantah tuduhan itu.

Pengadilan memerintahkan tes DNA pada bayi yang diserahkan oleh agen adopsi kepada pasangan asuh di negara bagian Andhra Pradesh pada Agustus tahun ini. Bayi itu diambil kembali dari orang tua angkat dan dibawa kembali ke Trivandrum.

Pada Selasa malam, Anupama dan Ajith diberitahu bahwa DNA mereka cocok dengan DNA bayi tersebut. Mereka akhirnya melihat anak itu sebentar di sebuah rumah yang dikelola oleh sebuah badan amal. Mereka mengatakan akan melanjutkan aksi protes mereka sampai orang-orang yang bertanggung jawab atas "perdagangan" bayi itu dihukum.

Berbekal bukti DNA itu, pada Rabu (24/11), pengadilan menyerahkan bayi itu kepada orang Anupama dan Ajith.

Ini adalah tahun yang sangat berat, kata pasangan itu. Anupama tak henti-hentinya mengkhawatirkan anaknya, yang kini berusia lebih dari satu tahun.

"Bukankah hak saya untuk memilih dengan siapa saya harus hidup dan memiliki anak?"