Gaji Rp30 Juta Per Bulan, Pelaut RI Senang Kerja di Kapal Australia
- abc
Pria yang telah memiliki seorang anak berusia enam bulan ini mengaku masih harus belajar juga persiapan ketika bongkar muat di pelabuhan.
"Kita harus mengecek jaring, tali kawat penarik jaring dan membongkar puluhan ton ikan," kata Arfan.
Meski kedengarannya mudah untuk datang ke Australia dan bekerja di kapal ikan, namun Arfan menyebut apa yang dialaminya tidaklah segampang itu.
"Ketika saya masih bekerja di Taiwan ada informasi dari agen di Jakarta tentang lowongan kerja di kapal ikan Australia," jelasnya.
"Setelah balik ke Indonesia, ternyata syarat untuk pergi ke Australia harus ada sertifikat bahasa Inggris IELTS," tambahnya.
Karena kemampuan bahasa Inggrisnya sangat terbatas, Arfan bersama Aslam dan rekan pelaut lainnya yakni Harifuddin, Iswan dan Akbar, pergi ke Pare di Kediri, Jawa Timur untuk belajar.
"Setelah belajar sekitar tiga bulan, kami ikut tes IELTS di Jakarta dan tak satu pun di antara kami yang lulus," ujarnya.
Tak berputus asa, anak-anak muda ini kembali ke Pare, lalu setelah tiga bulan mereka ikut tes lagi dan lulus.
Setelah memiliki sertifikat IELTS, kelima pelaut ini pun pulang ke kampung masing-masing, karena tabungan mereka dari hasil bekerja di kapal Taiwan sudah habis.
Sambil menunggu panggilan ke Australia, mereka melakukan berbagai macam pekerjaan. Afran dan Aslam bahkan pergi ke Kendari untuk ikut di kapal ikan tradisional.