Gaji Rp30 Juta Per Bulan, Pelaut RI Senang Kerja di Kapal Australia
- abc
Nelayan asal Indonesia Aslam Yusuf bekerja di salah satu kapal ikan yang berbasis di Darwin, Australia, sejak Agustus 2021. ()
Setelah tiga bulan berada di laut, Aslam Jusuf sudah tak sabar lagi untuk naik ke darat, menikmati liburan selama dua pekan.
"Sekarang saya lagi melaut. Ikut kapal penangkap ikan milik perusahaan yang berbasis di Darwin," ujar Aslam kepada Farid Ibrahim dari ABC Indonesia.
Pelaut asal Makassar ini bersama seorang rekannya, Arfan Uddin, datang ke Australia sejak beberapa bulan lalu di saat perbatasan Australia belum dibuka untuk warga asing.
"Kami mendapatkan pengecualian [untuk datang ke Australia] karena adanya permintaan tenaga kerja sektor perikanan," kata Aslam.
Bulan Oktober lalu, Seafood Industry Australia (SIA), badan nasional yang membawahi industri pangan hasil laut mengatakan industri perikanan merasakan kekurangan pekerja sebagai dampak dari penutupan perbatasan Australia akibat pandemi COVID-19.
"Kurangnya akses mendapat pekerja awak kapal telah menyebabkan banyak kapal penangkap ikan hanya diikat di dermaga dan tidak dapat beroperasi selama dua hingga tiga bulan. Industri perikanan tidak dapat memenuhi target produktivitas dan mengelola pertumbuhan tanpa tenaga kerja terampil," ujar Veronica Papacosta, Direktur Eksekutif SIA.
"Sederhananya, tanpa tenaga kerja dari luar negeri, industri perikanan tidak akan dapat melanjutkan kegiatannya saat ini."
Veronica mengatakan industri perikanan di Australia tidak mampu menarik tenaga kerja terampil dari dalam negeri, karenanya SIA sangat menyambut baik adanya visa khusus pekerja di bidang pertanian dan perikanan yang dikeluarkan Pemerintah Australia bulan Oktober.
Apa saja yang dilakukan nelayan asal Indonesia di Australia?