Logo ABC

Bangkai Kapal Batavia Ungkap Temuan Pembuatan Kapal Induk Belanda

Peneliti Marta Domínguez-Delmás dan Aoife Daly bersiap untuk mengambil sampel cincin pohon dari papan lambung kapal Batavia. (Supplied: Wendy van Duivenvoorde)
Peneliti Marta Domínguez-Delmás dan Aoife Daly bersiap untuk mengambil sampel cincin pohon dari papan lambung kapal Batavia. (Supplied: Wendy van Duivenvoorde)
Sumber :
  • abc

Bangkai kapal Batavia mengungkap informasi baru tentang pembuat kapal induk perusahaan dagang 'Dutch East India'.

Kapal Batavia tenggelam di lepas pantai Australia Barat di tahun 1629.

Pada tahun 1970-an, kapal ini diangkat dari dasar laut dan sekarang dipajang di Western Australia Maritime Museum di Fremantle, Australia Barat.

Ini adalah satu-satunya kapal abad ke-17 yang masih tersisa dari Perusahaan Hindia Belanda.

Peneliti utama, Profesor Wendy van Duivenvoorde dari Flinders University, mengatakan visi Museum Western Australia mengangkat kapal dari dasar lautan dan melestarikannya telah menciptakan rekor bersejarah internasional bagi studi cincin pohon.

Studi ini bisa menjelaskan hubungan antara iklim dan pertumbuhan pohon untuk merekonstruksi iklim masa lalu.

"Kapal Batavia pada dasarnya memegang satu-satunya catatan yang kami miliki saat ini yang dapat memberi informasi tentang apa yang dilakukan Belanda dengan impor kayu mereka," katanya.

Dr van Duivenvoorde mengatakan para peneliti dapat mengambil lebih dari 100 sampel dari lambung kayunya.

"Ini benar-benar pohon ek yang bagus yang berusia 300 tahun," katanya.

"Menurut saya cincin pohon tertua yang kami temukan di papan badan kapal berasal dari pohon yang mulai tumbuh pada tahun 1342, dan kerangkanya saya pikir dari tahun 1340 atau lebih."

Dia mengatakan kapal seperti Batavia dibuat menggunakan setidaknya 700 pohon.

Dr van Duivenvoorde mengatakan pembuat kapal utama tahun 1600-an sangat selektif dalam menggunakan kayu, dengan kayu ek Baltik yang lebih disukai untuk lambung kapal, yang berada di bawah permukaan air.

"Ini adalah kayu yang sangat bagus dan dapat melindungi kargo dengan sangat baik serta membuat kapal bawah air yang sangat kuat," katanya.

"Di atas permukaan air, kami melihat bahwa sebagian besar kayu berasal dari Jerman, dan itu adalah jenis kayu yang berbeda ... masih jenis pohon yang tumbuh dalam waktu lama, tetapi jenis kayu ek dengan kualitas yang berbeda.

"Terutama kayu Saxony dan Lubeck [ek] yang kami temukan di sana."

Penelitian terus berlanjut di kapal karam lain di lepas pantai WA, Naga Gilt, yang ditemukan pada tahun 1963.

Makalah penelitian lengkapnya dapat dibaca di sini.

Artikel ini diproduksi oleh Hellena Souisa dari artikel ABC News.