Logo ABC

Australia Bertekad Jadi Negara Bebas Kanker Serviks di 2035

Stephanie Steer mengatakan edukasi yang lebih baik tentang kesehatan perempuan dapat membantu membuat perbedaan. (ABC News: Mary Lloyd)
Stephanie Steer mengatakan edukasi yang lebih baik tentang kesehatan perempuan dapat membantu membuat perbedaan. (ABC News: Mary Lloyd)
Sumber :
  • abc

Stephanie Steer selalu melakukan pemeriksaan serviks secara teratur. Tetapi hanya empat bulan setelah perempuan muda yang sehat dan aktif itu melakukan pemeriksaan terakhirnya, dia melihat beberapa perubahan di tubuhnya yang tidak bisa dia jelaskan.

Jadi, dia meminta dokter spesialis untuk memeriksanya.

"Untung saya melakukannya, karena para spesialis menemukan beberapa hal dan saya menjalani operasi darurat seminggu kemudian," kata Stephanie.

Mereka menemukan sejumlah besar sel abnormal, atau prakanker, di leher rahimnya.

Stephanie sekarang baik-baik saja, tetapi ia mengatakan deteksi dini adalah kuncinya.

"Jika saya memilih tidak mendeteksi sehingga keluhan itu tidak diobati, itu bisa menjadi masalah bertahun-tahun di mana ... saya bisa mati tanpa mengetahui penyebabnya."

Hampir semua kanker serviks atau leher rahim disebabkan oleh Human Papillomavirus (HPV).

Jadi, jika dokter dapat mengidentifikasi virus pada pasien lebih awal, mereka biasanya dapat mencegahnya berkembang menjadi kanker serviks.

Australia mungkin jadi negara pertama bebas kanker serviks

"Kita memiliki kesempatan untuk menyingkirkan kanker sepenuhnya; untuk pertama kalinya," ujar Profesor Ian Frazer, pakar imunologi dari University of Queensland.

"Di sini kita memiliki vaksin dan sarana untuk melakukannya," katanya.

Profesor Frazer berperan penting dalam pengembangan Gardasil, vaksin yang digunakan untuk melindungi seseorang dari jenis Human Papillomavirus (HPV).

HPV merupakan virus penyebab hampir semua jenis kanker serviks.

Vaksin Gardasil adalah salah satu dari tiga instrumen yang diperlukan untuk menghilangkan penyakit ini.

Instrumen lainnya yaitu meningkatkan pemeriksaan serviks, serta memastikan seseorang memiliki pilihan pengobatan yang memadai jika mereka memiliki virus ini dalam tubuhnya.

Pada hari Rabu (17/11), pemerintah federal mengumumkan alokasi dana A$5,8 juta untuk mendukung tekad yang telah disampaikan ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun lalu.

Saat itu, Australia berjanji untuk menjadi negara pertama di dunia yang bisa memberantas sama sekali penyakit kanker serviks.

"Pendanaan ini untuk mendukung Pusat Pencegahan Kanker Serviks Australia dalam mengembangkan Strategi Penghapusan Kanker Serviks Nasional pada akhir tahun 2022," kata Menteri Kesehatan Greg Hunt.

"Ini akan membantu dalam upaya menghilangkan kanker serviks sebagai masalah kesehatan masyarakat pada tahun 2035, " katanya.

Direktur lembaga tersebut, Profesor Marion Saville, mengatakan salah satu strategi yang akan dilakukan yaitu mendobrak hambatan budaya dan sosial yang mencegah perempuan mengakses program pencegahan kanker serviks.

"Kami bangga bisa mendukung pemerintah dalam mengembangkan rencana nasional dengan fokus mengatasi ketidakadilan, sehingga Australia dapat mencapai penghapusan penyakit yang dapat dicegah ini bagi semua orang," katanya.

Perangkat swaperiksa akan menjadi faktor pembeda

Salah satu cara untuk melakukannya adalah membuat screening serviks kurang invasif.

Mulai 1 Juli tahun depan, siapa pun yang memiliki serviks akan ditawari alat untuk melakukan screening sendiri, yang sudah tersedia untuk wanita tertentu di atas usia 30 tahun.

Alat ini memungkinkan pasien mengambil swab serviks mereka sendiri, di bawah arahan dokter atau perawat. Secara tradisional, tes tersebut dilakukan oleh profesional kesehatan.

Tes ini pertama kali diperkenalkan di Australia pada tahun 2017, sebagai bagian dari perombakan program screening nasional. Namun, pemakaian alat swaperiksa ini belum sebesar yang diharapkan.

Menurut Institut Kesehatan dan Kesejahteraan Australia, antara tahun 2002 dan 2012, sebagian besar wanita yang didiagnosis dengan kanker serviks tidak pernah di-screening sama sekali.

Kondisi itu sangat mengecewakan Profesor Frazer.

"Tantangannya adalah membuat perempuan ikut serta dalam program screening," katanya.

"Bila kita dapat mempermudah prosesnya, dan tidak terlalu menyakitkan atau bahkan tidak terlalu sulit secara emosional, maka jelas akan membantu program screening," tambah Prof Frazer.

"Kanker serviks tidak terjadi pada perempuan yang diperiksa secara teratur karena kita bisa melacaknya sebelum menjadi kanker. Dan kita dapat mengobatinya," jelasnya.

Screening ini bertujuan mendeteksi human papillomavirus (HPV), yang merupakan penyebab sekitar 90 persen dari semua kanker serviks.

Pemeriksaan rutin ini ditanggung oleh asuransi Medicare setiap lima tahun bagi siapa saja yang berusia antara 25 dan 74 tahun.

Alokasi dana kali ini juga akan digunakan untuk mendukung uji klinis terbesar di Australia, yang dikenal sebagai Compass, yang meneliti interaksi antara vaksin HPV dan screening HPV.

Uji coba ini diikuti oleh 76.000 peserta dan informasinya akan dipergunakan untuk meningkatkan Program Screening Serviks Nasional.

Diproduksi oleh Farid Ibrahim dari artikel ABC News.