AS dan China Akhirnya Sepakat Kerja Sama Atasi Krisis Iklim
- www.christianpost.com
VIVA – Amerika Serikat dan China membuat kesepakatan bersama untuk mengatasi krisis iklim. Mereka berkomitmen untuk implementasi yang efektif dan menghargai kerja intensif yang telah dilakukan hingga saat ini dan nilai dari diskusi lanjutan.Â
Kesepakatan ini diumumkan oleh utusan iklim AS John Kerry dan mitranya dari China Xie Zhenhua pada konferensi iklim PBB di Glasgow, Skotlandia, Rabu 10 November waktu setempat.
Seperti diketahui keduanya merupakan penghasil emisi karbon dioksida terbesar di dunia. Amerika Serikat dan China, yang khawatir dengan laporan termasuk Kontribusi Kelompok Kerja I untuk Laporan Penilaian Keenam IPCC yang dirilis pada 9 Agustus 2021, semakin mengakui keseriusan dan urgensi krisis iklim.Â
Mereka berkomitmen untuk mengatasinya melalui tindakan percepatan masing-masing pada dekade kritis tahun 2020-an, serta melalui kerja sama dalam proses multilateral, termasuk proses UNFCCC, untuk menghindari dampak bencana.
"Kami akan bersama-sama menyatakan dukungan untuk COP26 yang sukses, termasuk di dalamnya mempromosikan ambisi," kata Kerry saat konferensi pers.Â
Amerika Serikat dan China mengingat kembali komitmen tegas mereka untuk bekerja sama dan dengan Pihak lain untuk memperkuat implementasi Perjanjian Paris. Kedua belah pihak juga mengingat tujuan Perjanjian sesuai dengan Pasal 2 untuk menahan kenaikan suhu rata-rata global jauh di bawah 2 derajat C dan untuk mengejar upaya untuk membatasi hingga 1,5 derajat C.Â
Dalam hal itu, mereka berkomitmen untuk mengejar upaya tersebut, termasuk dengan mengambil tindakan iklim yang ditingkatkan yang meningkatkan ambisi di tahun 2020-an dalam konteks Perjanjian Paris, dengan tujuan menjaga batas suhu di atas dalam jangkauan dan bekerja sama untuk mengidentifikasi dan mengatasi tantangan dan peluang terkait.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres menyambut baik komitmen kerja sama antara Amerika Serikat dan China. Dalam pernyataannya di twitter, Guterres menyebut menangani krisis iklim membutuhkan kolaborasi dan solidaritas internasional dan hal ini adalah langkah penting menuju ke arah yang benar.Â
Ke depan, Amerika Serikat dan China menyambut baik upaya signifikan yang dilakukan di seluruh dunia untuk mengatasi krisis iklim. Namun demikian, mereka mengakui bahwa masih ada kesenjangan yang signifikan antara upaya-upaya tersebut, termasuk efek agregatnya, dan upaya-upaya yang perlu diambil untuk mencapai tujuan Perjanjian Paris.Â
Kedua belah pihak menekankan pentingnya menutup celah itu sesegera mungkin, terutama melalui upaya yang ditingkatkan. Mereka menyatakan niat mereka untuk bekerja secara individu, bersama, dan dengan negara lain selama dekade yang menentukan ini, sesuai dengan keadaan nasional yang berbeda, untuk memperkuat dan mempercepat aksi iklim dan kerja sama yang bertujuan untuk menutup kesenjangan, termasuk mempercepat transisi hijau dan rendah karbon dan inovasi teknologi iklim.
Kedua belah pihak bermaksud memanfaatkan momen kritis ini untuk terlibat dalam upaya individu dan gabungan yang diperluas untuk mempercepat transisi ke ekonomi nol bersih global.Â
Kesepakatan kerja sama yang dilakukan AS dan China meliputi, kerangka peraturan dan standar lingkungan terkait pengurangan emisi gas rumah kaca di tahun 2020-an; memaksimalkan manfaat sosial dari transisi energi bersih; kebijakan untuk mendorong dekarbonisasi dan elektrifikasi sektor pengguna akhir, pemanfaatan sumber daya terbarukan.
Kedua negara juga  bekerja sama untuk meningkatkan pengukuran emisi metana; bertukar informasi tentang kebijakan dan program masing-masing untuk memperkuat pengelolaan dan pengendalian metana; dan untuk mendorong penelitian bersama tentang tantangan dan solusi pengurangan emisi metana.
Selanjutnya, Â Amerika Serikat dan China bermaksud untuk mengadakan pertemuan pada paruh pertama tahun 2022 untuk fokus pada spesifik peningkatan pengukuran dan mitigasi metana, termasuk melalui standar untuk mengurangi metana dari sektor fosil dan limbah, serta insentif dan program untuk mengurangi metana dari sektor pertanian.
Â