Dijual ke Eropa Jadi Pekerja Seks, Penyintas Ungkap Keajaiban Bertahan
- bbc
"Dia berkata, `Di sinilah kamu akan bekerja.` Aku melihat sekeliling untuk mencari bangunan yang mungkin tidak kulihat sebelumnya. Tapi tidak - dia menunjuk area itu. Saat itulah dia memberitahuku bahwa aku akan menjadi pekerja seks, dan di sinilah aku berburu pelanggan. Mimpiku akan Denmark langsung hancur lebur... "
Malam itu, Jewel kebetulan bertemu perempuan yang nanti akan jadi penyelamatnya - Michelle Mildwater dari HopeNow, sebuah LSM yang mendampingi korban perdagangan manusia di Denmark.
Michelle melihat Jewel yang mungil, malu-malu, berusia 20-an. Dia lantas memberi Jewel sebuah kartu dengan nomor kontak.
Bos Jewel juga berasal dari Nigeria - yang biasa dipanggil "mami". Dia menyuruh Jewel untuk tidak mempercayai perempuan Inggris tersebut. Kemudian dia dengan cepat mencarikan Jewel pelanggan pertamanya.
"Pria itu membayarnya 4.000 kroner (Rp9 juta) untuk membawa saya pulang, dan kemudian mami saya pergi begitu saja," kata Jewel.
"Perjalanan di dalam mobilnya terasa begitu lama. Saya tidak bisa bahasa Denmark saat itu dan saya tidak tahu apa yang dia katakan - kami harus menggunakan Google Terjemahan untuk berkomunikasi. Itu menakutkan."
Pada bulan-bulan berikutnya, menjadi pekerja seks semakin sulit bagi Jewel.
"Saya tidak pandai melakukannya. Saya adalah orang pemalu yang bersembunyi di sudut ruangan. Tapi saya selalu ditemukan karena banyak pelanggan tetap yang tahu kapan orang baru datang, dan mereka ingin orang baru."
Data terbaru yang dirilis oleh Uni Eropa menyebut lebih dari 14.000 korban perdagangan manusia tercatat pada 2017/2018 - tetapi ini hanyalah puncak gunung es, karena data ini hanya mewakili kasus yang teridentifikasi. Setengahnya berasal dari luar Uni Eropa, dan Nigeria merupakan satu dari lima negara teratas tempat asal korban.
Eksploitasi seksual terus menjadi tujuan utama perdagangan manusia, menurut Komisi Eropa, dan dalam satu tahun pendapatan kriminal yang dihasilkan diperkirakan mencapai 14 miliar Euro (Rp227 triliun).