Logo ABC

Sydney Menikmati Kebebasan, Kehidupan Perlahan Kembali Normal

Sejumlah pelaku bisnis, seperti pemilik restoran merasa harus terbiasa dengan "new normal". (ABC News: Harriet Tatham)
Sejumlah pelaku bisnis, seperti pemilik restoran merasa harus terbiasa dengan "new normal". (ABC News: Harriet Tatham)
Sumber :
  • abc

Seminggu setelah aturan 'lockdown' dilonggarkan bagi mereka yang sudah mendapat vaksin dua dosis, kehidupan perlahan kembali normal di negara New South Wales (NSW). 

Di Sydney, ibu kota negara bagian NSW, warga mulai kembali datang ke restoran, menikmati makan malam bersama. 

Begitu pula di pusat kebugaran dan lantai dansa yang kembali dikunjungi warga. 

Jumat kemarin (15/10), Sydney juga menjadi kota pertama di Australia yang menyatakan warga dari luar negeri yang datang ke kota tersebut tidak lagi membutuhkan hotel karantina, jika sudah divaksinasi penuh.

Mereka yang tiba di Sydney dari luar negeri hanya perlu menunjukkan bukti jika mereka sudah mendapatkan vaksin yang diakui di Australia.

Mereka yang hendak mendarat di Sydney juga harus menjalani tes swab COVID-19 sebelum berangkat dari negara asal.

Sementara itu di Melbourne, kota terbesar kedua setelah Sydney, status 'lockdown' akan berakhir mulai pergantian hari Jumat mendatang (22/10).

Ibu kota negara bagian Victoria tersebut sudah mencetak rekor sebagai kota dengan 'lockdown' terlama di dunia.

Sejumlah warga Indonesia juga menyambut baik aturan yang dilonggarkan setelah menjalani 'lockdown' selama lebih dari tiga bulan.

Tapi tentu tetap ada kekhawatiran, seperti yang dikatakan Lilian Tanpian.

Pergi ke salon menjadi hal pertama yang ia lakukan begitu Sydney menghapuskan aturan 'lockdown'.

"Setelah itu ya lihat dulu pelan-pelan, take it easy mungkin ketemu teman-teman dan mungkin ke kota lain untuk jalan-jalan," kata Lilian asal Manado yang sudah tinggal di Sydney sejak tahun 2002.

Kebebasan yang dinikmati kota Sydney, setidaknya, menjadi harapan bagi banyak warga jika Australia akan mencoba untuk hidup dengan virus corona, ketimbang terus-menerus memberlakukan 'lockdown' dan menutup diri.

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya