Cara Kaum Muda Indonesia Melawan Krisis Iklim
- bbc
Para petani belakangan mengakui cuaca sudah susah diprediksi, lagi cuaca cerah tiba-tiba hujan. Johan menyayangkan, rendahnya pengetahuan banyak warga mengenai perubahan iklim menyebabkan cuaca yang sering tidak menentu dianggap sebagai "nasib."
"Kalau boleh jujur, mereka masih menganggap ini sebagai, `Ya sudah lah, nasib.` Kalau bahasa lokalnya, ancen tahun iki elek, tahun ini memang lagi jelek. Padahal itu adalah masalah [perubahan] iklim yang sangat kompleks. Tapi mereka masih menganggap ya sudah lah ancen nasib-e kayak gini."
Maka, memberi pendidikan akan perubahan iklim ini baginya sangat penting ditanamkan kepada masyarakat sedini mungkin. Johan pun sangat antusias membantu pemerintah di kotanya untuk membuat video pengenalan masalah lingkungan kepada murid sekolah.
"SD dan SMP kan sudah bisa belajar tatap muka nih, jadi ditayangkan video tutorial pemilahan sampah, kebetulan saya yang bikin dan ditayangkan," ujarnya.
Videonya mengenai peran pemilah sampah di TPA Temanggung itu dinobatkan sebagai juara ketiga dalam lomba video kaum muda bertema solusi atas perubahan iklim yang diselenggarakan FPCI bersama Kedubes Inggris, Italia, dan Swedia bulan lalu.
Bagi Johan, videonya termasuk dalam deretan pemenang lomba adalah "bonus". Namun, yang terpenting bagi dia karyanya itu bisa dilihat dan diapresiasi banyak orang.
"Saya merasakan hal yang luar biasa ketika ada orang atau teman-teman yang satu lingkaran [pergaulan] nge-DM saya di Instagram, `Wah videonya luar biasa. Aku belum pernah lihat TPA, sekarang tahu kondisi TPA. Wah ternyata ada orang-orang yang turun di TPA memilah-milah sampah," ujarnya.
Hendra Wijaya: Terkejut industri fesyen penyumbang polusi terbesar kedua
Pria 27 tahun ini menyoroti keterkaitan perubahan iklim dan sampah dari sudut pandang yang berbeda. Sebagai pembuat konten fesyen, Hendra menekankan bahwa industri tren busana itu sudah menjadi penyumbang polusi kedua terbesar di dunia.
"Ketika saya mencoba mendalami dampak lingkungan dari industri fashion, saya justru terkejut dengan data yang ada, bahwa industri fesyen ternyata berkontribusi pada sepuluh persen emisi karbon di seluruh dunia.
Bahkan sepuluh persen ini melebihi emisi karbon yang dihasilkan oleh industri penerbangan atau pelayaran," ujarnya.
Contoh lainnya, industri fesyen juga berkontribusi terhadap 20 persen limbah air di seluruh dunia yang ternyata berasal dari pewarnaan bahan pakaian.
"Nah, hal-hal seperti ini memicu saya sebagai content creator di bidang fashion untuk segera ambil bagian dalam aksi untuk meningkatkan keasadaran masyarakat Indonesia tentang kelestarian (sustainability) serta untuk menyelamatkan bumi kita dari perubahan iklim," lanjut Hendra.
Dia mengaku terinspirasi saat menghadiri sebuah acara pagelaran fesyen dua tahun lalu, menyaksikan secara langsung koleksi para desainer lokal Indonesia yang menggunakan bahan-bahan yang sustainable, ramah lingkungan, dan memanfaatkan barang-barang yang sudah tidak terpakai lagi sebagai bahan koleksi yang baru.
Dari acara itu, dan terutama selama pandemi, Hendra belajar banyak tentang fesyen ramah lingkungan lalu membagikan ilmunya secara daring, baik melalui media sosial maupun blog pribadinya, www.hendrawithjaya.com.