Cara Kaum Muda Indonesia Melawan Krisis Iklim
- bbc
Suhu udara yang makin panas, musim hujan dan kemarau yang tidak lagi menentu, serta cuaca ekstrem seperti hujan badai yang belum pernah terjadi sebelumnya sudah melanda Indonesia.
Masalah-masalah itu, yang diyakini sebagai dampak perubahan iklim, mulai gencar disuarakan kaum muda Indonesia.
Mereka adalah generasi Z (8-23 tahun) dan kelompok umur milenial (24-39 tahun) yang kini mendominasi 270 juta lebih populasi di negeri ini, ungkap Biro Pusat Statistik dari hasil Sensus Penduduk 2020.
Lima orang dari dua kelompok muda itu baru-baru ini berbincang dengan BBC Indonesia.
Mereka mungkin tidak saling kenal dan dari beragam latar belakang, namun menyuarakan keresahan yang sama: perubahan iklim sudah menjadi krisis.
Dan itu, kata mereka, terkait erat dengan pola hidup atau kegiatan manusia yang telah mencemari lingkungan.
Tapi mereka bertekad tidak mau tinggal diam, apalagi pasrah melihat perubahan iklim akan merusak masa depan. Solusi pun mereka tawarkan, dengan kreativitas masing-masing, tinggal bagaimana dijalankan oleh banyak orang.
Ada yang gencar menyuarakan lewat media sosial, blog pribadi, membuat video hingga bersuara di forum internasional. Inilah ikhtiar mereka melawan perubahan iklim.
Aulia Salsabella dan Putri Risa: Sampah laut sudah membahayakan
Walau sama-sama berkuliah di Institut Teknologi Bandung, dua perempuan ini awalnya tidak mengenal satu sama lain karena berbeda program studi.
Mereka baru bertemu di semester 4 saat mengikuti program ekspedisi ke suatu pulau di Madura, Jawa Timur, pada 2019.
"Kami waktu itu mengunjungi Pulau Pagerungan Kecil, Kepulauan Kangean. Selama tiga minggu kami tinggal bersama masyarakat setempat," ungkap Bella, 22 tahun, panggilan akrab Aulia.
Di sana, Bella mendengar masalah yang diutarakan warga setemmpat. Mereka bercerita bahwa garis pantai di pulau itu semakin mundur dan permukaan air laut makin tinggi.
"Maka, pulau yang mereka tempati yang sudah kecil itu jadi mengecil. Rumah-rumah mereka pun terpaksa makin mundur karena permukaan air laut yang semakin tinggi," ujar Bella, yang tahun ini lulus kuliah S-1 di jurusan oseanografi ITB.
Tidak hanya itu, saat berenang dengan snorkel di laut setempat, Bella dan teman-temannya melihat banyak terumbu karang di bawah laut mengalami pemutihan atau coral bleaching.