Wartawan Maria Ressa Peraih Nobel Perdamaian Pernah Tugas di Indonesia
- bbc
Wartawan Filipina, Maria Ressa, dan wartawan Rusia, Dmitry Muratov, meraih Nobel Perdamaian atas "perjuangan berani" mereka untuk membela kebebasan ekspresi di negara masing-masing.
Komite Nobel menyebut kedua insan tersebut adalah "perwakilan dari semua jurnalis yang membela idealisme ini".
Para peraih Nobel, dengan hadiah 10 juta krona Swedia atau sekitar Rp16,2 miliar), diumumkan di Institut Nobel Norwegia di Oslo.
Maria Ressa, yang turut mendirikan situs Rappler di Filipina dan juga sempat berdiri di Indonesia dipuji karena dia menggunakan kebebasan berekspresi untuk "mengungkap penyalahgunaan kekuasaan, penggunaan kekerasan, dan berkembangnya otoriterianisme di negara asalnya, Filipina."
Dalam siaran langsung yang ditayangkan situs Rappler, Ressa mengaku dirinya "terkejut".
Menurutnya, kemenangannya menunjukkan "tiada yang mungkin tanpa fakta-fakta sebuah dunia tanpa fakta-fakta berarti sebuah dunia tanpa kebenaran dan kejujuran".
Selain Ressa, Komite Nobel memuji Muratov, salah satu pendiri sekaligus editor surat kabar independen Novaja Gazeta. Selama berpuluh tahun, media tersebut membela kebebasan berekspresi di Rusia dalam kondisi yang kian menantang.