200 Ribu Anak Alami Pelecehan Seksual dalam Gereja Katolik Prancis
- ANTARA/Shutterstock
VIVA – Komisi Independen yang dibentuk sejak 2018 oleh Gereja Katolik Prancis merilis data hasil penelitian yang menyebutkan ada 200 ribu lebih kasus pedofilia di gereja selama 70 tahun terakhir. Gereja didesak untuk melakukan reformasi.
Menurut hasil penelitian itu, Gereja Katolik sudah terlalu lama menutup mata atas fenomena ini. Para peneliti yang menyusun laporan itu juga mendesak adanya pembaruan.
Gereja telah menunjukkan "ketidakpedulian yang dalam, total dan bahkan kejam selama bertahun-tahun," melindungi dirinya sendiri daripada para korban dari apa yang merupakan pelecehan sistemik, kata Jean-Marc Sauve, kepala komisi independen yang menyusun laporan tersebut
"Ajaran Gereja Katolik tentang hal-hal seperti seksualitas, ketaatan dan kesucian imamat membantu menciptakan titik buta yang memungkinkan pelecehan seksual oleh pendeta terjadi," kata Kepala Komisi Independen, Jean-Marc Sauve, sebagaimana dilaporkan Reuters, Selasa 5 Oktober 2021.
Pengungkapan data terbaru di Prancis ini mengguncang Gereja Katolik Roma, setelah serangkaian skandal pelecehan seksual di seluruh dunia, yang sering melibatkan anak-anak.
Sauve juga menambahkan bahwa gereja perlu mereformasi cara mereka mendekati masalah tersebut untuk membangun kembali kepercayaan dengan masyarakat.
Sauve mengatakan komisi itu sendiri telah mengidentifikasi sekitar 2.700 korban melalui wawancara kesaksian, dan ribuan lainnya ditemukan di arsip. Tetapi sebuah studi yang lebih luas memperkirakan bahwa ada sekitar 216.000 korban, dan jumlahnya bisa meningkat menjadi 330.000 jika termasuk pelecehan oleh anggota awam.
"Ada sekitar 2.900-3.200 tersangka pedofil di gereja Prancis selama 70 tahun terakhir," tambahnya.
Sementara itu, menyikapi temuan yang dipresentasikan oleh Komisi Independen, Pendiri Asosiasi Korban La Parole Liberee, Francois Devaux mengatakan kepada perwakilan gereja, "Anda adalah aib bagi kemanusiaan kita."
"Di neraka ini telah terjadi kejahatan massal yang keji, tetapi ada yang lebih buruk lagi, pengkhianatan kepercayaan, pengkhianatan moral, pengkhianatan terhadap anak-anak," kata Devaux, yang juga menuduh gereja pengecut.
Dia mengucapkan terima kasih kepada komisi independen tersebut, dengan mengatakan bahwa dia berharap laporan itu akan membuktikan titik balik, "Anda akhirnya memberi para korban pengakuan institusional atas tanggung jawab gereja."
Komisi Independen itu dibentuk pada tahun 2018 oleh Gereja Katolik Prancis sebagai tanggapan atas sejumlah skandal yang mengguncang Gereja di Prancis dan di seluruh dunia. Penelitian dilakukan dengan meneliti arsip gereja, pengadilan dan polisi, serta wawancara dengan saksi. Penelitian ini dilakukan selama dua setengah tahun.
Laporan itu, menurut Sauve akan termuat dalam laporan sepanjang 2.500 halaman, serta memuat jumlah pelanggar dan jumlah korban. Laporan itu juga akan mengungkap mekanisme kelembagaan dan budaya di dalam gereja sehingga memungkinkan para pedofil tetap tinggal di gereja.
Sebelum pembentukannya, Paus Fransiskus mengeluarkan langkah penting yang mewajibkan mereka yang mengetahui tentang pelecehan seksual di Gereja Katolik untuk melaporkannya kepada atasan mereka.
Komisi independen ini terdiri dari 22 profesional hukum, dokter, sejarawan, sosiolog, dan teolog, tugas komisi itu adalah menyelidiki tuduhan pelecehan seks anak oleh para ulama sejak 1950-an.