Pemburu Nazi Efraim Zuroff Tak Menyerah Mengejar Penjahat Holocaust
- bbc
Namun, antusiasme untuk membawa Nazi ke pengadilan berkurang dari tahun 1960-an, dan hari ini Dr Zuroff mengatakan pihak berwenang memiliki alasan yang sangat jelas untuk tidak meluangkan waktu dan sumber daya atas upaya tersebut.
"Bandingkan Nazi berusia 90 tahun dengan seorang pembunuh berantai. Di negara manapun polisi akan mencari pembunuh berantai karena mereka akan terus membunuh sampai mereka bisa dihentikan. Berapa peluang seorang Nazi berusia 90 tahun membunuh seseorang? Itu Nol," katanya.
Jadi jika Nazi ingin diadili, para pemburu seperti Zuroff lah yang harus bekerja keras, dan mereka berpacu dengan waktu. Dr Zuroff berkata kepada surat kabar Inggris The Guardian bahwa ia harus menjadi satu-satunya orang yang menginginkan sisa-sisa Nazi tetap hidup sehat.
Untuk meningkatkan upayanya, ia meluncurkan kembali "Operasi Kesempatan Terakhir" satu dekade silam, dengan hadiah uang tunai sebesar Rp357 juta untuk informasi terkait penjahat Nazi.
Keberhasilan
Keberhasilan terbesar Dr Zuroff hingga kini adalah keyakinan dari komandan kamp konsentrasi terakhir yang dikenal dengan Dinko Sakic --ia memimpin kamp Jasenovac di Kroasia pada tahun 1944.
Setidaknya 100.000 orang dibunuh di kamp. Karena kerja Dr Zuroff, Sakic divonis 20 tahun penjara pada 4 Oktober 1998.
Ketika Zuroff meninggalkan ruang sidang setelah pembacaan vonis, dia dihentikan oleh seorang pria jangkung yang mengucapkan terima kasih.
"`Jika bukan karena Anda, persidangan ini tidak akan pernah terjadi,` kata pria itu. Saya tidak tahu siapa dia," kenang Dr Zuroff.
Pria itu adalah saudara laki-laki Milo Boskovic, seorang dokter dari Montenegro yang ditahan di kamp pada tahun 1944. Dia secara acak dijemput oleh Sakic yang bermaksud menghukum tindakan perlawanan.
"Milo Boskovic memberi tahu Sakic bahwa dia tidak ingin digantung. Sakic mengeluarkan pistol dan menembak kepala Milo Boskovic. Dia membunuhnya," kata Dr Zuroff.