Logo BBC

China Guyur Utang hingga Hibah Rp12 Kuadriliun ke 165 Negara

Pekerja di Provinsi Jiangsu, China. Costfoto/Barcroft Media via Getty Images via BBC Indonesia
Pekerja di Provinsi Jiangsu, China. Costfoto/Barcroft Media via Getty Images via BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

The Yumo railway from China to Laos under construction in Yuxi, Yunnan, China on 26 May, 2019
TPG/Getty
Jalur kereta api Yumo yang akan menghubungkan China dengan Laos - tapi para ahli mengatakan Laos akan berjuang untuk melunasi utangnya.

Selama beberapa dekade, kalangan politisi mempertanyakan pembangunan jalur koneksi, seperti bagaimana menghubungkan wilayah China bagian barat daya yang terpencil langsung ke Asia Tenggara.

Namun, para insinyur memperingatkan bahwa biaya yang dikeluarkan akan mahal: jalurnya harus melewati pegunungan, membutuhkan puluhan jembatan dan terowongan. Laos adalah salah satu negara miskin di kawasan Asia Tenggara, dan bahkan tak mampu untuk membiayai proyek ini.

Dari sisi bankir ambisius China: dengan dukungan dari kelompok perusahaan pemerintah China dan sebuah konsorsium investor, jalur kereta api senilai $5.9 miliar (Rp84 triliun) akan mulai beroperasi pada Desember ini.

Namun, Laos harus mengambil utang sebesar $480 (Rp6,8 triliun) juta dari bank China untuk membiayai bagian kecil dari modalnya [ekuitas]. Salah satu sumber pendapatan Laos berasal dari hasil tambang Kaliumnya, yang digunakan untuk membayar utang tersebut.

China
EPA
President China Xi Jinping saat berpidato di Konferensi Dialog Peradaban Asia di Beijing, Mei 2019.

"Pinjaman dari Eximbank China untuk mentutupi sebagian modalnya, benar-benar menunjukkan urgensi negara China untuk mendorong proyek tersebut," jelas Wanjing Kelly Chen, asisten profesor peneliti di Universitas Sains dan Teknologi Hong Kong.

Sebagian besar dari jalur rel tersebut dimiliki oleh grup perkeretaapian China, tapi di bawah ketentuan dan kesepakatan yang tidak jelas, pemerintah Laos akhirnya harus bertanggung jawab atas utang proyek rel tersebut.

Kesepakatan yang tidak seimbang ini membuat kreditur internasional menurunkan peringkat kredit Laos dengan status "sampah". Status ini menunjukkan pemerintah mungkin tak punya cukup uang untuk membayar utangnya.

Pada September 2020, dalam kondisi di ambang kebangkrutan, Laos menjual sebagian besar aset utamanya kepada China. Laos menyerahkan sebagian jaringan energinya senilai $600 juta (Rp8,54 triliun) untuk mendapatkan keringanan utang dari kreditur China. Ini terjadi bahkan sebelum pembangunan rel kereta dimulai.