Tablet Kuno Berkisah Raja Setengah Dewa Dikembalikan AS ke Irak
- bbc
Sebuah tablet kuno dari tanah liat, yang mengisahkan bagian dari epos raja manusia setengah dewa, telah diserahkan kembali ke Irak oleh Amerika Serikat.
Dikenal sebagai Tablet Mimpi Gilgamesh, teks religius berusia 3.500 tahun itu menampilkan secuplik puisi Sumeria dari Epos Gilgamesh.
Tablet itu adalah salah satu karya literatur tertua di dunia dan dijarah dari sebuah museum di Irak, kala Perang Teluk berkecamuk pada 1991.
Selama 30 tahun terakhir, tablet itu diselundupkan dari satu negara ke yang lain, disertai dengan dokumen palsu.
Hingga akhirnya, dua tahun lalu, tablet itu dipamerkan di sebuah museum yang berlokasi di dekat pusat pemerintahan AS.
Pada Kamis (23/09), barang kuno itu akan memulai petualangan kembali ke kampung halamannya, dalam sebuah upacara formal di Institut Smithsonian di Washington DC.
Puisi tertua di dunia
Epos Gilgamesh adalah puisi tertua yang diketahui, yang bagiannya dikisahkan juga dalam Alkitab Ibrani.
Tablet itu ditulis dalam bahasa Akkadia, dengan aksara paku - suatu sistem penulisan pada tanah liat yang digunakan oleh Mesopotamia kuno ribuan tahun lalu.
Para akademisi menemukannya pada 1853 di reruntuhan perpustakaan raja Asiria, Assur Banipal, di Irak utara.
Kisah dalam tablet itu berkutat pda Raja Gilgamesh dari Uruk - suatu wilayah yang kini berada di Irak Selatan.
Cerita tentang Raja Gilgamesh didasarkan pada kisah nyata seorang raja yang memerintah antara tahun 2.800 - 2.500 SM.
Dikisahkan, Raja Gilgamesh adalah manusia setengah dewa dengan kekuatan super yang kekuatannya diwariskan dari ibunya.
Didampingi oleh Enkidu yang menjadi temannya, Gilgamesh membunuh Kerbau Surga, yang merepresentasikan kekerasan pada dewa.
Lewat petualangan itu, ia mencoba mengungkap rahasia dari kehidupan abadi.
Dalam petualangan lain, ia menyelam ke dasar samudar untuk mengumpulkan tanaman abadi, yang kemudian dicuri darinya oleh seekor ular.
Tablet Mimpi itu juga menceritakan bagian dari epos di mana sang pahlawan menceritakan mimpinya kepada ibunya.
Sang ibu kemudian menafsirkannya sebagai pengumuman akan kedatangan teman baru, yang akan mendampinginya dalam petualangan.
"Kekuatannya sekuat sebongkah batu langit... Kamu akan melihatnya dan hatimu akan tertawa," katanya.
Di kolom lain dari tablet, seorang perempuan membawa pendamping Gilgamesh, Elkindu, ke kandang gembala untuk berhubungan badan.
Penjarahan dari museum Irak
Suatu kala ketika Perang Teluk berkecamuk pada 1991, Tablet Mimpi Gilgamesh dijarah dari sebuah museum di Irak.
Selama belasan tahun, nasib tablet itu tak tentu rimbanya.
Hingga akhirnya pada 2003, ketika seorang pedagang barang antik membelinya dari seorang penjual koin di London, dalam kondisi berdebu dan tak bisa dibaca.
Pedagang barang antik itu kemudian mengirim tablet Gilgamesh ke AS via pos internasional tanpa disertai surat-surat resmi.
Setibanya di AS, seorang pakar tulisan paku mengenalinya sebagai bagian dari epos Gilgamesh.
Pada 2007, sang pedangan barang antik menjual tablet itu ke pembeli lain dengan surat palsu, yang menyebut bahwa artefak itu berada di sebuah kotak pecahan pecahan perunggu kuno yang dibeli pada tahun 1981.
Petualangan tablet itu berlanjut dalam lelang satu ke yang lain di berbagai negara, sebelum dibeli oleh Hobby Lobby, perusahaan seni dan kerajinan dengan etos Kristen konservatif, pada 2014.
Perusahaan membelinya seharga lebih dari US$1,67 juta, atau setara Rp23,8 miliar, kemudian memajangnya di Museum of the Bible milik perusahaan itu di Washington DC.
Kontroversi
Pada 2017, Hobby Lobby dikenai denda jutaan dolar karena memberi label palsu pada artifak dari Irak yang dimiliki museumnya.
Artifak-artifak itu diselundupkan ke AS melalui Uni Emirat Arab dan Israel, dengan label pengiriman yang mengeklaimnya sebagai paket berisi "ubin keramik".
"Perusahaan baru mengenal dunia akuisisi barang-barang ini, dan tidak sepenuhnya memahami kerumitan proses akuisisi. Ini menyebabkan beberapa kesalahan yang disesalkan," kata Hobby Lobby saat itu.
Pada tahun yang sama, seorang kurator di museum mulai meneliti asal-usul Tablet Mimpi Gilgamesh. Museum juga memberi tahu pemerintah Irak bahwa barang itu ada di tangannya.
Ketika keraguan seputar asal-usul tablet mengemuka, Museum of the Bibble malayangkan gugatan hukum terhadap rumah lelang Christie, yang mengatur penjualan tablet itu.
Pihak museum mengeklaim bahwa juru lelang telah memberikan informasi palsu. Adapun, Christie`s menyangkal mengetahui bahwa tablet itu diimpor secara ilegal.
Pulang ke kampung halaman
Tablet itu kemudian disita dari museum pada 2019.
Pada Juli silam, hakim federal AS memerintahkan pengembalian artefak itu ke kampung halamannya di Irak.
Tablet itu termasuk dalam 17.000 barang antik jarahan, yang telah disetujui AS untuk dikemblaikan ke Irak.
"Dengan mengembalikan benda-benda yang diperoleh secara ilegal ini, pihak berwenang di sini di Amerika Serikat dan di Irak mengizinkan rakyat Irak untuk terhubung kembali dengan halaman dalam sejarah mereka", kata Audrey Azoulay, Direktur Jenderal UNESCO, organisasi budaya PBB.
"Pengembalian ini merupakan kemenangan besar atas mereka yang merusak warisan dan kemudian memperdagangkannya untuk membiayai kekerasan dan terorisme."
Setibanya di Irak, tablet ini akan dikirim ke Museum Nasional di Baghdad, di mana mimpi Raja Gilgamesh yang mistis akan dilestarikan kembali di rumah yang sah.