Kritik Keras Menlu Retno di New York Soal AUKUS

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi
Sumber :
  • ANTARA/HO-Kemlu RI/am

VIVA – Indonesia mencermati dan mengkhawatirkan meningkatnya ketegangan di antara negara-negara besar di kawasan Indo-Pasifik, menyusul pengumuman inisiatif pertahanan antara Australia, Inggris, dan Amerika Serikat, yang dikenal dengan AUKUS.

China: Veto AS atas Rancangan Resolusi DK PBB untuk Gaza Tunjukkan Standar Ganda

“Saya singgung mengenai AUKUS dan keputusan Australia untuk pengadaan kapal selam bertenaga nuklir,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi ketika menyampaikan keterangan pers secara virtual dari New York, AS, Rabu.

Melalui kemitraan baru tersebut, Australia akan mendapatkan teknologi pembuatan kapal selam bertenaga nuklir guna memperkuat angkatan lautnya. Kesepakatan AUKUS dianggap bertujuan untuk menyaingi kekuatan China yang semakin meningkat di kawasan.

Badan Perdagangan dan Pembangunan AS Bangun Pusat Komando di IKN Nusantara, Ini Tujuannya

Selain itu, kesepakatan baru Australia dengan Inggris dan AS juga telah memicu kemarahan Prancis, yang sebelumnya memiliki perjanjian dengan Australia soal pembelian kapal selam konvensional. 

Ketika berbicara pada forum Asia Society yang berlangsung secara virtual pada Selasa (21/9), Menlu Retno mengatakan bahwa Indonesia mencatat komitmen-komitmen yang dinyatakan Australia, termasuk janji negara itu untuk terus menghormati prinsip nonproliferasi dan hukum internasional.

Brutal! Pengendara Mobil SUV Ini Tabrak Anak SD dan Orang Tua di China

“Tetapi saya menekankan bahwa yang tidak diinginkan oleh kita semua adalah kemungkinan meningkatnya perlombaan senjata dan power projection (unjuk kekuatan—red) di kawasan, yang tentunya akan dapat mengancam stabilitas keamanan kawasan,” kata Menlu RI.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres juga memperingatkan tentang meningkatnya ketegangan antara China dan AS.

Ia khawatir persaingan antara kedua negara adidaya tersebut akan membawa dunia menuju menuju dua setelan aturan ekonomi, perdagangan, keuangan, dan teknologi yang berbeda; dua pendekatan yang berbeda dalam pengembangan kecerdasan buatan; dan pada akhirnya dua strategi militer dan geopolitik yang berbeda pula.

"Ini mungkin menjadi bencana. Ini akan jauh lebih sulit diprediksi daripada Perang Dingin," ujar Guterres pada pembukaan Sidang ke-76 Majelis Umum PBB di New York, Selasa. (Ant/Antara)

Ilustrasi bendera Indonesia.

Indonesia di Atas AS dan Rusia dalam Hal Ini

Indonesia berada di peringkat ketiga untuk adopsi kripto di dunia, naik empat tingkat dari tahun lalu yang berada di peringkat ketujuh. Melampaui AS dan Rusia.

img_title
VIVA.co.id
23 November 2024