Ekspor RI ke Afghanistan Naik 361 Persen Setelah Taliban Berkuasa
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA – Ekspor Indonesia ke Afghanistan mengalami lonjakan pesat pada Agustus 2021, di saat Taliban telah menduduki Kabul, ibuk ota Afghanistan, dan menguasai seluruh pemerintahannya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada bulan tersebut, nilai ekspor Indonesia ke Afghanistan mencapai US$2,28 juta. Naik 361,70 persen dibanding Juli 2021 US$495.280.
Pada bulan tersebut, BPS juga mencatat sejumlah komoditas ekspor Indonesia yang masuk ke Afghanistan, diantaranya produk industri farmasi, buah-buahan, karet dan barang dari karet.
Di tengah naik pesatnya kinerja ekspor tersebut, BPS mencatat bahwa kinerja impor Indonesia turun tajam terhadap Afghanistan pada Agustus 2021, yakni hingga 97,98 persen dari Juli 2021 US$6.428.
"Lebih detailnya akan saya carikan jawabannya karena saya tidak pegang data lengkapnya," kata Kepala BPS, Margo Yuwono, saat konferensi pers, Rabu, 15 September 2021.
Sebagai informasi, Taliban berhasil menduduki ibu kota Afghanistan pada 15 Agustus 2021. Taliban kemudian telah mengumumkan pemerintahan sementara di Afghanistan, Selasa 7 September 2021. Kabinet baru, seluruhnya laki-laki, terdiri dari tokoh-tokoh senior Taliban beberapa di antaranya terkenal karena serangan terhadap pasukan AS selama dua dekade terakhir.
Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, saat mengikuti secara virtual Pertemuan Tingkat Tinggi PBB untuk Situasi Kemanusiaan di Afghanistan menekankan bahwa keselamatan dan kehidupan warga Afghanistan harus menjadi prioritas utama.
"Keselamatan dan kehidupan masyarakat Afghanistan adalah prioritas utama," kata Menlu Retno Marsudi dalam pernyataannya ketika mengikuti pertemuan virtual tersebut, menurut keterangan Kementerian Luar Negeri yang diterima di Jakarta, Selasa 14 September 2021.
Pertemuan Tingkat Tinggi PBB dilaksanakan secara virtual pada Senin (13/9) untuk menggalang dukungan negara-negara bagi bantuan kemanusiaan di Afghanistan. Pertemuan tingkat tinggi tersebut diselenggarakan oleh Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres.
Dalam pembukaan pertemuan, Sekjen PBB menyampaikan bahwa kondisi kemanusiaan di Afghanistan telah menjadi salah satu krisis kemanusiaan terparah di dunia dalam sejarah. Situasi kemanusiaan di negara itu makin diperparah dengan adanya kekeringan, kerusakan infrastruktur layanan publik mendasar, serta pandemi COVID-19.