Laporan Terbaru Ungkap AS Danai Penelitian Virus Corona di Lab Wuhan
- Freepik/freepik
VIVA – The Intercept, laman publikasi milik perusahaan nirlaba First Look Media, melaporkan memperoleh dokumen yang mengungkapkan bahwa, Pemerintah Amerika Serikat (AS) mendanai EcoHealth Alliance untuk studi mereka tentang berbagai patogen termasuk virus Corona pada kelelawar di Wuhan jauh sebelum pandemi.
Dokumen itu mengungkapkan EcoHealth Alliance menerima jutaan dolar Amerika Serikat (AS) untuk pembiayaan penelitiannya yang dimulai tahun 2014. Penelitian tersebut dilakukan untuk mencari kemungkinan apakah patogen yang diteliti dapat melompat dari hewan ke manusia.
Dikutip dari laman Sputnik News, Rabu 8 September 2021, dalam dokumen tersebut juga terungkap bahwa pihak AS menyadari risiko para peneliti akan terinfeksi.
Sebanyak 900 halaman dokumen yang diteliti oleh The Intercept tersebut diperoleh sebagai bagian dari litigasi aksi kebebasan informasi yang sedang berlangsung oleh The Intercept melawan Institut Kesehatan Nasional. The Intercept membuat dokumen tersebut dapat diakses oleh publik.
“Ini adalah peta jalan menuju penelitian berisiko tinggi yang dapat menyebabkan pandemi saat ini,” kata Gary Ruskin, Direktur Eksekutif Hak Untuk Tahu US, sebuah kelompok yang telah menyelidiki asal-usul Covid-19.
Salah satu dokumen berjudul Understanding the Risk of Bat Coronavirus Emergence menguraikan bagaimana upaya yang dipimpin oleh Presiden EcoHealth Alliance, Peter Daszak untuk menyaring ribuan sampel kelelawar untuk eksperimen virus corona baru.
Selain itu, dalam dokumen tersebut juga diungkap bahwa penelitian utama dengan tikus dilakukan di laboratorium tingkat 3 di Wuhan University Center for Animal Experiment, bukan di Wuhan Institute of Virology seperti yang diasumsikan sebelumnya.
Bahkan, dalam dokumen tersebut juga menimbulkan pertanyaan yang memungkinkan adanya teori bahwa pandemi COVID-19 dimulai dari kecelakaan laboratorium, meskipun teori ini dibantah keras oleh Peter Daszak.
Sebelumnya, akhir Agustus lalu, AS mengumumkan bahwa 18 badan intelijen mereka yang telah melakukan penyelidikan, gagal mencari tahu dari mana virus COVID-19 berasal.