Kisah 5 Perempuan, Termasuk di Indonesia, Hidup di Bawah Hukum Islam
- bbc
Saya seorang pengacara Syariah dan telah praktik selama 18 tahun di Kano, Abuja dan Lagos, kata Huwaila Ibrahim Muhammad dari Nigeria.
Saya percaya pada sistem hukum Syariah. Di 12 negara bagian Nigeria, ia digunakan untuk hukum pidana dan keluarga. Saya praktik di pengadilan Syariah maupun pengadilan umum; dalam pengadilan Syariah, persidangan dipimpin oleh hakim laki-laki tapi perempuan dapat berdebat tanpa rasa takut.
Ada banyak ruang untuk memaafkan seorang pelanggar. Seorang hakim perlu mempertimbangkan sejumlah faktor yang meringankan sebelum memberikan hukuman maksimum.
Dalam beberapa kejahatan, narapidana akan dicambuk di pengadilan terbuka tetapi saya belum pernah melihat seorang perempuan dihukum seperti itu. Beberapa keputusan hukuman rajam sampai mati mendapat perhatian internasional tetapi mereka tidak pernah dilakukan. Dalam Islam, itu adalah hukuman untuk perzinahan.
Dalam hal warisan, laki-laki akan mendapatkan dua kali lipat dari perempuan. Ini mungkin tampak sangat tidak adil, tetapi ada alasan di baliknya - perempuan tidak diberi tanggung jawab keuangan (nafkah). Adalah tugas ayah, saudara laki-laki dan suami untuk melindungi mereka.
Ya, ada ayat yang mengatakan bahwa seorang suami boleh memukul istrinya - pemahaman yang tepat tentang ayat itu adalah seorang suami boleh berpura-pura atau dengan sangat ringan memukuli istrinya. Namun ia tidak diperbolehkan untuk menyakiti atau melukainya.
Beberapa perempuan telah menggugat suami mereka yang kasar ke pengadilan. Saya telah mewakili dan memenangkan banyak kasus seperti itu. Saya bisa bilang keadilan ditegakkan, terlepas dari jenis kelamin.
Di Nigeria, Anda tidak perlu menutupi wajah. Perempuan di sini terbiasa menutupi tubuh mereka, akan aneh jika ada yang mengenakan rok pendek. Menghukum perempuan karena tidak mengenakan baju panjang atau jilbab tidak bisa dibenarkan. Perempuan punya hak untuk memilih.
Jika Syariah digunakan sebagaimana mestinya, itu lebih baik daripada hukum apa pun.
`Saya tahu apa yang benar dan salah`
Saya lahir dan besar di Brunei. Saya pergi pada tahun 2007 saat usia saya 17 tahun, setelah menerima beasiswa pemerintah untuk bersekolah di Inggris, kata Izzati Mohd Noor.
Saya menjalani ujian A Level; kemudian mendapatkan gelar sarjana, master, dan PhD di bidang teknik kimia di London. Setelah itu saya bekerja untuk sebuah bank investasi sebagai pengembang perangkat lunak.
Beberapa minggu yang lalu saya kembali ke negara saya. Mayoritas orang di sini menganut agama Islam. Hukum Syariah telah digunakan dalam hal-hal yang berkaitan dengan pernikahan, perceraian, dan warisan untuk waktu yang lama. Baru pada tahun 2014 ia digunakan untuk menangani kasus-kasus kriminal. Namun sejauh ini tidak ada hukuman ekstrem yang dilakukan.