Kisah Pencari Suaka Afghanistan di KM Palapa 20 Tahun Lalu
- abc
Akhirnya, setelah semua pencari suaka diselamatkan dari KM Palapa, MVTampa pun berangkat ke daratan terdekat, "yang kebetulan adalah Pulau Christmas", katanya.
Ternyata mereka berlayar langsung ke tengah-tengah perdebatan isu imigrasi yang sedang berlangsung di Australia.
Tak Ingin Kembali ke Indonesia
Pemerintahan John Howard saat itu "sama sekali tidak senang" tentang keputusan kapten MV Tampa berlayar ke Pulau Christmas yang merupakan wilayah Australia.
Hal ini diungkapkan oleh Peter Mares, jurnalis dan penulis buku Borderline: Tanggapan Australia Terhadap Pencari Suaka dan Pengungsi Setelah Tampa.
"Mereka menyampaikan ke kapten Tampa (Arne Rinnan) bahwa dia harus membawa pencari suaka ini ke Pelabuhan Merak di Indonesia," kata Peter.
Philip Ruddock, menteri imigrasi Australia saat itu, mengatakan, saat MV Tampa membelok arah ke Indonesia, "orang-orang di kapal itu berkata kepada kapten, 'tidak, bukan ke situ tujuan kami'.
Philip Ruddock menyebut hal itu disampaikan sebagai tuntutan, bukan permintaan.
"Informasi yang kami terima adalah bahwa kapten Tampa berada di bawah tekanan," katanya.
Abbas menegaskan para penumpang yang diselamatkan oleh Tampa ini memang tidak ingin kembali ke Indonesia.
Dia menyebut perwakilan pencari suaka menyampaikan kepada ABK Tampa, dalam bahasa Inggris seadanya:
"Tidak ada apa-apa bagi kami di Indonesia. Kami telah mempertaruhkan semuanya untuk sampai sejauh ini. Pulau Christmas adalah pelabuhan terdekat. Bawalah kami ke sana".
"Jangan lupa orang-orang ini baru saja melewati tiga hari di atas kapal penangkap ikan. Mereka hampir mati, isi kantong sudah kosong, semua tabungan sudah dipakai. Kami sekarang sangat dekat dengan tempat yang kami inginkan. Tentu saja akan timbul suasana tegang," kata Abbas.
Christian Maltau mengaku sangat kaget dengan tanggapan dari para pencari suaka yang dia diselamatkan itu.
"Mereka mengancam akan loncat ke laut, mengancam akan membuat kerusuhan. Mereka cukup kasar," ujarnya.
"Kami menganggap itu sangat aneh. Kami baru saja membantu mereka. Kami sangat bersahabat. Tapi mereka begitu agresif, sangat agresif. Memang kami tidak pernah merasa benar-benar terancam, tapi semua yang terjadi sangat membingungkan," papar Christian lagi.
Kapten Arne Rinnan dalam konferensi pers saat itu mengatakan, di tengah kemarahan para penumpang, dia memutuskan memutar kembali kapalnya menuju ke Pulau Christmas.
Christian memberikan penjelasan tambahan.