Logo BBC

Ratu Soraya Penguasa Afghanistan Pertama Angkat Hak-hak Perempuan

BBC Indonesia
BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

Kebencian publik yang diterima pasangan kerajaan ini kemudian memaksa mereka untuk mengasingkan diri ke Italia pada 1929. Kepergian mereka sekaligus menandai berakhirnya reformasi dan modernisasi yang mereka perjuangkan.

Menjelang keberangkatan mereka ke pengasingan, sejak akhir 1928, perang sipil mulai memanas di Afghanistan. Untuk beberapa bulan, Habibullah Kalakani naik ke tampuk kekuasaan.

Namun yang kemudian menjadi raja baru di Afghanistan adalah Muhammad Nadir Shah, yang memerintah pada 1929-1933.

Bersama pendukungnya, Nadir Shah mengambil tindakan keras, termasuk menutup sekolah-sekolah perempuan dan mewajibkan penggunaan penutup kepala untuk para perempuan, tulis sebuah artikel berjudul The Long, Long Struggle for Women`s Rights in Afghanistan yang diterbitkan oleh Ohio State University.

Meski begitu, artikel sama menulis, "Inisiatif-inisiatif Amanullah kemudian diterapkan secara bertahap selama masa pemerintahan panjang putra dan penerus Muhammad Nadir Shah, Muhammad Zahir Shah (1933-1973)".

Jauh di depan sebelum waktunya

Ratu Soraya meninggal dunia pada 1968 di Italia, delapan tahun setelah suaminya mangkat.

Peti matinya dikirim dengan iring-iringan militer ke bandara di Roma, dan di Afghanistan, dia dimakamkan dengan upacara kenegaraan.

Murid pertempuan di Afghanistan.
BBC
Murid perempuan di Afghanistan. Banyak yang merasa takut Taliban akan kembali melarang perempuan bersekolah setelah mereka berkuasa kembali.

Pada sampul muka majalah Time yang mengangkat 100 Women of the Year tahun 1927, wajahnya muncul dalam daftar perempuan paling berpengaruh di abad ke-20.

"Sebagai permaisuri pertama Afghanistan dan istri Raja Amanullah Khan, dia adalah salah satu figur terkuat di Timur Tengah pada 1920-an dan dikenal dunia karena ide-ide progresifnya," tulis wartawan Suyin Haynes.

"Pada gelombang reformasi kedua di Afghanistan pada 1970-an, ide-ide [Soraya] Tarzi bergema kembali, setelah 50 tahun, dengan tuntutan peningkatan pendidikan dan representasi perempuan di politik, juga penambahan usia pernikahan."

Pada 2018, dalam artikel berjudul Situation of Women in Afghanistan yang diterbitkan oleh Modern Diplomacy, peneliti Hamidullah Bamik menekankan, bahwa berkat gerakan konstitusional pertama yang dilakukan oleh Raja Amanullah Khan di awal abad ke-20, perempuan Afghanistan "berhasil mendapatkan sebagian hak asasi dan kemerdekaan mereka".