Mengapa Jepang Terobsesi Robot? Di Kuil Ada Pendeta Android Mindar
- bbc
Jadi tidaklah aneh bagi robot untuk menunjukkan perilaku seperti manusia karena hanya menunjukkan jenis `Kami` yang berbeda.
"Untuk orang Jepang, kami selalu bisa melihat dewa di dalam sebuah objek," kata Kohei Ogawa, desainer utama Mindar.
Animisme Jepang bertentangan dengan tradisi filosofis Barat.
Orang Yunani Kuno adalah animistik karena mereka melihat roh di tempat-tempat alami seperti sungai, tetapi mereka menganggap jiwa dan pikiran manusia terpisah dari dan di atas alam.
Kemudian, agama-agama Abrahamik menempatkan manusia pada posisi yang bahkan lebih tinggi, sebagai ciptaan Tuhan yang terbesar, satu-satunya bejana yang berisi jiwa-jiwa yang tidak berkematian.
Orang Israel Kuno diperingatkan dengan tegas agar tidak terlalu menganggap istimewa benda-benda, jangan sampai mereka mendekati penyembahan berhala, suatu bentuk dosa yang secara tegas dilarang oleh Sepuluh Perintah Allah.
Sementara di Islam, secara khusus menolak penyembahan berhala dan melarang membuat gambar manusia atau binatang apa pun.
Jangan main-main dengan alam
Menurut pandangan tradisional Barat, sebuah mesin yang bertindak dan serupa seperti manusia adalah bentuk pelanggaran atas batas-batas alam, dan berbahaya menggabungkan yang sakral dan yang tercemar.
Peringatan etis ini muncul dengan jelas dalam mitos modern tentang teknologi, seperti Frankenstein, yang mendapatkan banyak pesan moralnya dari Alkitab, kata Christopher Simons, profesor budaya komparatif di International Christian University di Tokyo.
"Frankenstein menciptakan kehidupan lain di sebuah monster. Ini seperti manusia makan dari pohon pengetahuan di Eden. Itu dosa asal, akibatnya kita dihukum," katanya.
Di akhir cerita yang tragis, dengan Frankenstein dan monsternya mati, pelajarannya jelas, kata Simons: "Hati-hati, manusia. Jangan mengambil peran Tuhan."
Drama Ceko tahun 1920 "RUR", yang memperkenalkan kata "robot," penuh dengan tema keagamaan.