Mengapa Jepang Terobsesi Robot? Di Kuil Ada Pendeta Android Mindar
- bbc
Ketika negara-negara Barat cenderung melihat robot dan kecerdasan buatan sebagai ancaman, Jepang memiliki pandangan lebih filosofis yang menciptakan hubungan `mesra dan kompleks` antara negara dengan mesin.
Di sebuah kuil Buddha berusia 400 tahun, pengunjung dapat berjalan-jalan melalui taman batu yang tenang, duduk untuk menikmati secangkir teh yang hangat, dan mendengarkan ajaran Buddha dari seorang pendeta yang tidak biasa: android (robot menyerupai manusia) bernama Mindar.
Ia memiliki wajah yang tenang dan penampilan yang netral tidak tua atau muda, bukan laki-laki atau perempuan.
Kepala dan tubuh bagian atas Mindar dibalut kulit sintetis, sementara di bawahnya masih terlihat tabung dan mesin yang terbuka.
Walaupun demikian, Mindar menunjukan perkembangan teknologi yang canggih, berkhotbah tentang teks Buddha yang sulit dipahami yang disebut Sutra Hati.
Jika ingin mencari tahu di mana Anda dapat menemukan pendeta robot ini, hanya perlu satu tebakan mudah: Jepang, Kuil Kodai-ji yang indah di Kyoto.
Jepang telah lama dikenal sebagai negara yang membangun dan menjalin ikatan kuat dengan robot humanoid daripada negara lain.
Meskipun reputasi ini sering dilebih-lebihkan di luar negeri — rumah-rumah dan bisnis-bisnis di Jepang tidak dipadati oleh robot menyerupai manusia atau android, seperti yang disiratkan oleh tajuk berita yang berlebihan — ada sesuatu berbeda dalam hubungan Jepang dengan robot.
Benda sehari-hari
Beberapa pengamat perilaku masyarakat Jepang mengatakan, agama asli negara itu, Shinto, berperan menumbuhkan kecintaan pada robot.
Shinto adalah bentuk animisme yang mengaitkan roh, atau `Kami`, tidak hanya pada manusia tetapi juga pada hewan, fitur alam seperti gunung, dan bahkan objek mati seperti pensil.
"Semua hal memiliki sedikit jiwa," kata Bungen Oi, pendeta kepala kuil Buddha yang mengadakan pemakaman anjing pendamping robot.
Menurut pandangan ini, tidak ada pembedaan kategoris antara manusia, hewan, dan objek.