Takut Dipenggal, Warga Afghanistan Mengungsi ke Turki
- Video Twitter.
VIVA – Sekelompok warga Afghanistan yang mengungsi sejak beberapa minggu dan bulan lalu kini mulai tiba di perbatasan timur Turki di kota Tatvan, Rabu 18 Agustus 2021 waktu setempat.
Para pengungsi mengaku ketakutan dengan kehadiran Taliban yang kini menguasai Afghanistan. Milisi Taliban disebut mulai mengeksekusi warga yang melawan.
"Situasi di Afghanistan sangat buruk, Taliban datang dan mereka memenggal kepala (eksekusi), tidak ada pekerjaan di sana, kami tidak beruntung, miskin, terlantar hingga melintasi perbatasan dan kami tiba di sini," ujar Hassan Khan, seorang pengungsi, seperti dilaporkan AP dan dilansir tvOne, Kamis 19 Agustus 2021.
Diantara para pengungsi terdapat keluarga dengan dua orang anak dan seorang pria lainnya yang terlihat sakit karena digigit ular saat menempuh perjalanan melintasi Iran ke Turki. Pria tersebut tak bisa dirawat di rumah sakit karena status masuk negara lain secara ilegal, sehingga ia harus merawat dirinya sendiri.
Para pengungsi Afghanistan ini hanya bisa bergantung pada bantuan relawan lokal yang berkenan memberi makanan. Sejumlah kelompok pengungsi dari Afghanistan memang terlihat terus melintasi kota Tatvan pada Rabu (18/8) dan jumlahnya terus meningkat.Â
Sebelumnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menghiraukan kritik dan peringatan dari partai oposisi mengenai meningkatnya angka pengungsi Afghanistan. Presiden Erdogan mengakui Turki menghadapi gelombang kedatangan baru pengungsi dari Afghanistan.
Erdogan menyebut pemerintahnya akan bekerja sama dengan Pakistan untuk membawa kembali stabilitas untuk Afghanistan yang hancur terdampak perang.
Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akbar mengatakan penambahan jumlah paskukan dan pembangunan tembok pembatas sedang dibangun untuk menjaga wilayah yang berbatasan dengan Iran.
Turki menjadi tujuan dari 4 juta migran yang didominasi pengungsi Suriah yang kabur akibat perang sipil di negaranya.
Sentimen anti migran yang kadung menyeruak di Turki bedampak pada perekonomian negara tersebut. termasuk tingginya angka pengangguran yang sebelumnya sudah diperparah akibat pandemi Covid-19.