Inilah 3 Perempuan Ilmuwan Indonesia Berkiprah di Australia
- abc
"Kalau ada orang nanya saya orang apa, pasti [jawabannya] Indonesia nomor satu, karena saya pikir itulah saya, dan ini lucu juga mengingat sampai umur 15 tahun saya enggak bisa berbahasa Indonesia," kata Ines.
Justru saat berada di luar Indonesia, Ines malah mengaku lebih tertarik dan memahami Indonesia.
"Mungkin karena saya datang tanpa mengetahui apa pun tentang Indonesia, sehingga saya harus mempelajari dan mengenalnya dari nol saat beranjak remaja, ada ketertarikan tersendiri pada aspek-apek tertentu tentang Indonesia."
Baginya, nasionalisme adalah soal sentimen kebanggaan terhadap asal-usul dirinya.
"Saya bangga dengan that part of me, 50 persen genetika-ku, sejarah Indonesia, kekayaan budayanya, keindahan alamnya, banyak hal lainnya."
Menyuarakan pemikirannya soal Indonesia adalah bentuk kontribusi Ines sekaligus dukungannya terhadap ilmuwan di Indonesia yang sering berhadapan dengan risiko.
Di awal pandemi, sejumlah ilmuwan merasa jika pendapat ilmiah mereka tidak didengar atau bertentangan dengan kebijakan pemerintah Indonesia.Â
"Kita harus mampu mengkritik diri kita sendiri. Kalau nasionalisme itu berarti kita tidak bisa mengkritik diri kita sendiri, menurut saya itu berbahaya."
Turut serta memajukan dosen dan peneliti di Indonesia
Sudah sejak tahun 2018, Profesor Rini Akmeliawati mengajar di University of Adelaide sebagai dosen di jurusan Teknik Mesin dan kepala program Mekatronika dan Robotik.