Logo ABC

Data Sensus di Australia Pertemukan Kelompok Migran Capai Impian

Abdulsalam Hamid Juma mengatakan data sensus digunakan oleh One Culture Football untuk mengidentifikasi komunitas yang membutuhkan dan mendukung aplikasi hibah. (ABC Australia)
Abdulsalam Hamid Juma mengatakan data sensus digunakan oleh One Culture Football untuk mengidentifikasi komunitas yang membutuhkan dan mendukung aplikasi hibah. (ABC Australia)
Sumber :
  • abc

Jika Anda yang berada di Australia mengisi formulir sensus nasional minggu ini, Anda mungkin bertanya-tanya bagaimana informasi itu digunakan, selain mungkin digunakan oleh jurnalis untuk membuat cerita berbasis statistik.

Tapi One Culture Football, sebuah badan amal yang berfokus pada keterlibatan pemuda dari latar belakang migran, adalah salah satu organisasi yang sangat diuntungkan dari data sensus.

Petugas inklusi dan keragaman Abdulsalam Hamid Juma mengatakan, data sensus membantu menciptakan "profil komunitas secara spesifik" di mana organisasi berada, dan memberikan informasi yang berguna, seperti tingkat partisipasi dalam olahraga atau kelompok usia yang terlibat.

"Program-program yang kami lakukan, berdasarkan informasi dari data sensus, benar-benar memberikan kesempatan bagi kaum muda untuk mengejar jalur yang tepat dan sesuai dalam jangka panjang," katanya kepada ABC.

Hamid Juma mengatakan data tersebut juga digunakan untuk mendukung aplikasi hibah untuk membantu memastikan pendanaan program masyarakat yang bekelanjutan.

Akses ke Sepak Bola

Diluncurkan pada tahun 2017, One Culture Football menyediakan program sepak bola yang dapat diakses oleh anak muda multikultural.

Sereyo Hussein Issak, 20, lahir di Somalia, di mana dia tidak diizinkan bermain sepak bola sampai dia pindah ke Australia tujuh tahun lalu.

"Kehidupan saya di Somalia berbeda dengan kehidupan saat ini, karena yang biasa saya lakukan di sana hanyalah tinggal di rumah [dan] membantu ibu memasak," katanya.

"Ketika saya datang ke sini, saya memiliki kesempatan untuk belajar, juga mencari teman, dan teman yang saya temukan membawa saya ke sini untuk bermain sepak bola di One Culture."

"Dulu saya lebih pemalu daripada sekarang ... dan kegiatan ini juga telah meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris saya.

Dia mengatakan, program tersebut telah mempertemukannya dengan banyak sahabat baru, dan dia menikmati "getaran yang baik" dari pertemanan tersebut.

Zahra Rahimi yang berusia 21 tahun telah bermain sepak bola selama sekitar empat tahun dan sekarang bekerja untuk One Culture sebagai staf di sana.

Lahir di Afghanistan, ia dibesarkan di Iran, tetapi menilai Australia sebagai salah satu negara terbaik karena "kebebasan" dan "peluangnya".

“Ketika saya bergabung dengan One Culture, saya tidak mengenal siapa pun dan saya, tentu saja, tidak memiliki teman,” katanya. "Tapi di sini saya punya banyak teman. Kami semua bersahabat."

Mengatasi hambatan

Hamid Juma mengatakan salah satu tantangan terbesar bagi migran muda adalah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, terutama di sekolah, dan "terutama ketika bahasa menjadi penghalang besar".

"Olahraga adalah elemen yang sangat penting dalam transisi itu karena tidak terlalu bergantung pada keterampilan bahasa," katanya.

Tujuan memasukkan orang-orang dari semua latar belakang melalui sepak bola, katanya, adalah untuk memberikan lebih banyak kohesi dalam komunitas tersebut.

"Melalui penelitian yang kami lakukan dengan salah satu universitas lokal di sini ... kami menemukan bahwa partisipasi dalam olahraga yang inklusif benar-benar memupuk hubungan dengan masyarakat, khususnya kaum muda," kata Hamid Juma.

"Ini sangat membantu melalui cara mereka berinteraksi dengan anggota komunitas lainnya, dan bagaimana mereka bertransisi dari masa remaja ke masa dewasa."

Mendapat program gratis

One Culture Football menyediakan program sosial mingguan, serta turnamen komunitas dan program pengembangan.

One Culture juga menawarkan program gratis di Blair Athol, di utara kota, di mana klub ini juga menawarkan program khusus perempuan pada hari Selasa, serta program setelah sekolah dengan Adelaide City Football Club di West Terrace di kawasan CBD.

"Anak remaja dan perempuan dewasa dari berbagai usia dan latar belakang dapat ikut bermain sebagai sebuah tim," kata Zahra.

"Kami bermain dalam sebuah pertandingan, kami berbagi pengalaman, kami berbagi makanan, kami bermain bersama dan itu menyenangkan. Mereka menyukainya."

Di pinggiran kota di Adelaide, organisasi ini juga menjalankan program Sepak Bola Inklusif untuk orang-orang yang hidup dengan disabilitas atau kondisi kesehatan tertentu.

Mereka menjalankan program serupa di Central Coast New South Wales serta Kejuaraan Sepak Bola Powerchair di Lightsview untuk orang-orang yang mengandalkan kursi roda listrik untuk mobilitas sehari-hari.

"Seiring berkembangnya perusahaan, kami juga beralih ke layanan lain, seperti layanan fisioterapi, support pada individu, dan jenis olahraga lain yang kami jajaki," kata Hamid Juma.

"Saya pikir sensus itu penting, tapi menurut saya lebih penting daripada sensus, adalah seberapa mungkin orang-orang bisa menggunakan data tersebut untuk menciptakan perubahan yang berarti."

Artikel ini diproduksi oleh Hellena Souisa dari artikel ABC News.