Komodo dan Peringatan UNESCO agar Hentikan Bangun Lokasi Wisata
- bbc
"[Dengan pembangunan infrastruktur berupa dek di atasi] turis akan jalan di atas, sehingga pengunjung tidak bersentuhan langsung dengan komodo," ujarnya.
Bentuk bangunannya nanti seperti "ekor komodo", ungkapnya dalam wawancara via telepon pada Kamis malam.
Menanggapi tuduhan bahwa proyek itu berdampak buruk pada ekosistem dan lingkungan, Wiratno mengaku "tidak menimbulkan atau mengakibatkan dampak negatif terhadap OUV."
Hal itu dia tekankan setelah pihaknya memperoleh hasil kajian penyempurnaan Environmental Impact Assessment (EIA) yang dilakukan oleh para pakar kehati dan lingkungan.
Dia kemudian menegaskan tujuan pembangunan di Pulau Rinca hanyalah "mengganti sarana dan prasarana yang mana dan tidak layak" dengan "sarpras yang berstandar internasional."
Itulah sebabnya, dia mengaku proyek di Pulau Rinca tidak akan menganggu populasi komodo dan sumber pakan (rusa, kerbau, babi hutan), ekosistem savana, hingga hutan mangrove.
"Di sekitar lokasi pembangunan sarpras tersebut hanya terdapat 13 individu komodo, dari 60 individu komodo yang terdapat di Lembah Loh Buaya, di Pulau Rinca. Total populasi komodo di TN Komodo adalah 3.100 individu," akunya.
Menanggapi soal revisi amdal, Wiratno mengaku saat ini sedang dilakukan proses perbaikan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) untuk menyesuaikan dengan kaidah-kaidah yang ditetapkan oleh IUCN.
"UKL/UPL ini merupakan satu kesatuan dokumen yang harus disubmit ke WHC (Komite Warisan Dunia) UNESCO," katanya.
Menurutnya, target untuk menyampaikan keseluruhan dokumen EIA kepada WHC adalah akhir Agustus atau awal September 2021.
"Agar bisa direview oleh IUCN dan WHC sebelum Sidang WHC ke-45 tahun 2022," jelasnya.