Ternyata Seni Belajar Sabar dan Tabah di Jepang Dimulai dari SD
- bbc
Yoshie Takabayashi (33 tahun) adalah seorang pengrajin perak di Tokyo sebelum dia menikah, pindah ke Kanazawa dan memiliki anak.
Saat ditanya tentang kapan dia mengaplikasikan `gaman`, Takabayashi merujuk kehidupannya usai melahirkan dan fakta bahwa dia tidak bisa lagi melakukan beberapa hal yang dulu dia nikmati.
Takabayashi juga menyebut orang yang kerap merundungnya di tempat kerja, yang harus dia puji agar mendapatkan pelatihan penting, menghindari masalah, dan mempertahankan pekerjaannya.
"Ketika saya mengingat kembali waktu itu, bos saya bahkan tidak melakukan apa pun untuk membantu.
"Saya seharusnya berhenti. Tetapi orang tua saya, dan semua orang di sekitar saya yang juga baru mulai bekerja, terus mendorong saya untuk menjadi sukses.
"Saya tidak menyadari seberapa banyak upaya `gaman` yang saya lakukan," katanya.
`Mempercantik gaman`
`Gaman` berasal dari ajaran Buddhis tentang memperbaiki diri sendiri sebelum secara bertahap dibentuk menjadi mekanisme ketekunan bagi individu yang mendambakan tempat dalam kelompok sosial.
Tingkah laku ini diasah selama ledakan ekonomi Jepang usai perang ketika upaya `memajukan negara` berarti mengorbankan waktu bersama keluarga demi pekerjaan berjam-jam di kantor.
Beberapa orang melihat ketekunan gaya `gaman` sebagai ciri khas Jepang.