Pria Pembasmi Sekte Tarik Banyak Orang Keluar dari Kelompok Berbahaya
- bbc
"Keluarganya telah memutuskan bahwa ini adalah alternatif terakhir untuk menyelamatkan orang yang mereka cintai. Dan ini mungkin pilihan yang kontroversial, dalam artian menahan seseorang di luar kehendak mereka itu tidak benar. Namun ketika harus memilih, mereka memilih yang mudaratnya lebih sedikit. Dan saya siap membantu mereka.
"Kadang-kadang pilihannya hidup atau mati. Contohnya, saya pernah mengalami situasi di mana seseorang perlu suntikan insulin secara berkala, dan kelompoknya menyuruh dia berhenti suntik insulin. Jadi pertaruhannya besar di beberapa intervensi ini."
Dari lebih dari 500 kasus yang ditangani Ross, ia berkata selusin diantaranya melibatkan pemaksaan. Kasus terakhirnya, dan mungkin yang paling terkenal, adalah Jason Scott, pada 1991.
Ibu Jason punya masalah dengan sebuah kelompok kontroversial dan ingin supaya tiga anaknya yang masih remaja untuk keluar bersamanya.
"[Sang ibu] sangat tertekan. Salah satu anaknya mengalami pelecehan seksual, yang semakin mendorongnya untuk keluar dari kelompok itu. Dan ia tahu bahwa Jason telah dijodohkan dengan seorang perempuan dalam kelompok itu."
Perempuan itu pun merekrut Ross. Ia berhasil menyadarkan dua anaknya yang lebih muda, namun Jason, putra sulungnya yang berusia 18 tahun, menolak. Ia melawan penjaga bayaran ibunya dan akhirnya dibawa dengan paksa ke sebuah rumah aman.
Di sana, Ross berbicara dengannya dan anggota keluarganya yang lain selama lima hari. Pada hari kelima, Jason tampaknya mulai sadar.
Namun intervensi itu gagal. Jason kabur, kembali ke kelompok agama itu dan melapor ke polisi.
Ross ditangkap dan didakwa dengan pemenjaraan di luar hukum. Ia akhirnya dibebaskan - tapi masalahnya tidak selesai di sana.
Pada 1995, Jason menuntut Ross dalam kasus perdata. Ia bersaksi bahwa ia telah mengalami perlakuan tidak menyenangkan, intimidasi, kekerasan, dan pengawasan konstan selama proses intervensi.
Kasus di meja hijau itu berakhir dengan Ross dinyatakan bersalah atas konspirasi untuk merampas hak sipil dan kebebasan beragama Jason Scott. Ia harus membayar ganti rugi sebesar lebih dari US$2 juta, atau sekitar Rp28,5 miliar.
"Saya menyatakan diri saya bangkrut. Dan itu adalah masa-masa yang sangat sulit dalam hidup saya," ujarnya.