Crazy Rich Asian di China Tak Lagi Dianggap Keren, Mengapa
- bbc
Kesenjangan penghasilan di China sangat lebar.
Di satu sisi rata-rata pendapatan tahunan China mencapai 32.189 yuan (sekitar Rp71,8 juta) atau sekitar 2.682 yuan (Rp5,6 juta) per bulan berdasarkan Biro Statistik Nasional di sisi lain miliarder yang menghuni Beijing lebih banyak ketimbang kota-kota lain di dunia.
Sebagaimana dipaparkan Hurun yang melacak kekayaan, orang-orang kaya China mendapat US$1,5 triliun (sekitar Rp21.363 triliun) pada 2020.
Karena itu, ketika kaum kaya memamerkan aset-aset mereka, sebagian khalayak China menilai mereka tidak peka. Situasi ini memang umum bagi negara-negara dengan masalah ketidaksetaraan penghasilan, namun sejumlah pakar memandang posisi China cukup janggal.
Selama jangka waktu yang panjang, masyarakat China beranggapan bahwa mereka bisa mencapai "kesejahteraan umum" hal yang disebut pemimpin Deng Xiaoping sebagai tujuan China walau ada orang atau daerah tertentu kaya lebih dulu.
"Namun, setelah lebih dari 40 tahun sejak negara itu membuka diri, orang kaya malah bertambah kaya, meninggalkan yang lain jauh tertinggal di belakang seraya merasa kecewa dan tak berdaya," tambahnya
Terkadang, kemarahan khalayak menjadi-jadi. Pasalnya, menurut Dr Xu, masyarakat punya "ekspektasi bahwa selebritas berkontribusi lebih banyak [ke masyarakat] karena mereka dikenal publik dan punya kekuataan simbolik".
Sebagai contoh, bulan lalu masyarakat geram setelah terungkap aktris Zheng Shuang dibayar sekitar 2 juta yuan (sekitar Rp4,4 miliar) per hari untuk berakting dalam acara di TV. Total dia dibayar 160 juta yuan (sekitar Rp356,8 miliar).
"Apa konsep 160 juta yuan? Karyawan berpenghasilan 6.000 yuan sebulan harus bekerja terus-menerus selama 2.222 tahun, mungkin dari zaman Dinasti Qin," tulis seorang warganet di Weibo.