Crazy Rich Asian di China Tak Lagi Dianggap Keren, Mengapa
- bbc
Awal tahun ini, Annabel Yao putri pendiri Huawei, Ren Zhengfei membuat berang warganet ketika dia mengatakan kehidupannya penuh perjuangan.
"Saya tidak pernah memperlakukan diri sendiri seperti `putri`... Saya pikir saya seperti kebanyakan orang di usia saya. Saya harus bekerja keras, belajar tekun, sebelum saya bisa masuk sekolah yang bagus," kata Annabel dalam film dokumenter selama 17 menit yang dirilis saat dia mengumumkan bakal berkarier sebagai penyanyi.
Saat film itu dirilis melalui akun Weibo-nya, perempuan 23 tahun yang punya ayah dengan perkiraan kekayaan US$1,4 miliar (sekitar Rp19,9 triliun) itu, bilang bahwa bergabung dengan perusahaan hiburan adalah "hadiah khusus ulang tahun" yang dia berikan kepada dirinya sendiri.
`Tidak berhak`
Selama bertahun-tahun, kalangan berduit di China dikenal sebagai tukang pamer. Mereka disebut suka memamerkan mobil-mobil dan tas mewah di dunia maya yang kerap membuat para pengikut mereka iri hati.
Namun, seiring waktu berjalan, pamer kekayaan baik sengaja atau tidak semakin banyak direspons dengan cemoohan dan cacian.
Orang-orang seperti Su Mang dan Annabel Yao menjadi target cacian tersebut karena khalayak meyakini para selebritas serta fuerdai generasi kedua keluarga kaya tidak berhak memperoleh penghasilan sedemikian besar.
"Ketika melihat para bintang dan pekerjaan yang tampak `mudah`, orang-orang akan membandingkan betapa keras mereka bekerja dan betapa sedikit penghasilan mereka," ujar Dr Jian Xu, peneliti Deakin University yang mengkaji budaya media China.
Dr Haiqing Yu, profesor kajian media di Universitas RMIT Melbourne, menambahkan "komentar Su Mang tentang makanannya membuat orang marah karena mereka menguliti lapisan yang coba disembunyikan China" yaitu sejumlah orang mendapat terlalu banyak sedangkan orang lain mendapat sangat sedikit.