Nasib Pilu Anak-anak yang Kehilangan Orangtua Akibat COVID-19
- bbc
Tapi terlepas dari hal itu, pemerintah merilis iklan layanan masyarakat di sejumlah surat kabar terkemuka yang melarang khalayak menyebarluaskan permintaan adopsi secara daring.
Sejumlah organisasi pelindung hak anak juga mewanti-wanti bahayanya permintaan semacam itu karena membuat anak yatim piatu berada dalam posisi rawan menjadi korban perdagangan manusia dengan kedok adopsi.
Dhananjay Tingal adalah direktur eksekutif Bachpan Bachao Andolan (gerakan Selamatkan Anak) yang mengelola rumah penampungan anak-anak yang membutuhkan.
"Unggahan-unggahan di media sosial termasuk ilegal dan tergolong perdagangan manusia. Tiada yang bisa menempatkan seorang anak dalam proses adopsi dengan cara itu. Tindakan tersebut berpotensi berujung pada penjualan dan pembelian anak," kata Tingal.
Memperdagangkan manusia untuk tenaga kerja, pelecehan seks, pernikahan dini, dan sebagainya adalah tantangan rumit bagi India, sebelum pandemi sekalipun.
Berdasarkan data Biro Catatan Kejahatan Nasional pada 2019, lebih dari 70.000 anak dilaporkan hilang—artinya satu anak hilang setiap delapan menit.
Pemerintah telah mengambil langkah-langkah untuk menghentikan perdagangan manusia, di antaranya meloloskan aturan ketat serta berkoordinasi dengan departemen kesejahteraan sosial, kepolisian, dan LSM.
Rangkaian aksi itu mampu mempidana beberapa pelaku perdagangan manusia. Namun, gabungan kekuasaan, uang, dan kebutuhan sulit diberantas. Sebagian besar pelaku bisa lolos dengan membayar denda.