Netanyahu Tolak Seruan Biden untuk Kurangi Serangan di Gaza
- Politico
VIVA – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak seruan Presiden AS Joe Biden untuk "mengurangi secara signifikan" pemboman Israel terhadap militan Hamas di Jalur Gaza, yang bisa mengarah pada gencatan senjata, guna mengakhiri kekerasan yang sudah berlangsung 10 hari tersebut.
Sebaliknya, Perdana Menteri Netanyahu dalam sebuah pernyataan, Rabu 19 Mei 2021, mengatakan bertekad untuk melanjutkan serangan ini sampai tujuannya tercapai. Netanyahu mengatakan bahwa ia "sangat menghargai dukungan dari presiden Amerika," tetapi Israel akan terus maju untuk mengembalikan ketenangan dan keamanan bagi warga Israel, seperti dilansir dari VOA, Kamis 20 Mei 2021.
Militan Israel dan Hamas di Jalur Gaza Rabu saling serang meskipun pihak-pihak regional dan internasional melakukan berbagai upaya untuk gencatan senjata, termasuk upaya Biden dalam percakapan keempatnya dengan Netanyahu sejak kekerasan itu pecah pekan lalu.
Gedung Putih mengatakan Biden menyampaikan kepada pemimpin Israel itu bahwa ia "mengharapkan penurunan yang signifikan sekarang guna mengarah pada gencatan senjata."
Gedung Putih menolak mengatakan apa yang akan terjadi jika Israel melanjutkan serangan pembomannya di Gaza. "Pendekatan kita adalah memastikan kita melakukan ini secara diam-diam, intensif, dengan cara diplomatik," kata Gedung Putih.
Pejabat medis Palestina mengatakan 219 orang telah tewas dalam 10 hari pemboman udara yang telah menghancurkan jalan, bangunan dan infrastruktur lainnya, dan memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah mengerikan di Gaza.
Otoritas Israel menyebutkan korban tewas sebanyak 12 orang di Israel, di mana serangan roket berulang kali telah menyebabkan kepanikan dan membuat orang-orang bergegas ke tempat penampungan. Upaya diplomatik regional dan yang dipimpin Amerika Serikat untuk mengamankan gencatan senjata telah meningkat tetapi sejauh ini gagal.
Hampir 450 bangunan di Gaza yang berpenduduk padat telah hancur atau rusak parah, termasuk enam rumah sakit dan sembilan pusat kesehatan utama, dan lebih dari 52.000 warga Palestina telah mengungsi, kata badan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).