AS Kecam Komentar Erdogan pada Orang Yahudi Sebagai Anti-Semit
- Celebrity Net Worth
VIVA – Amerika Serikat mengecam keras komentar yang baru-baru ini disampaikan oleh Presiden Turki, Tayyip Erdogan, terhadap orang-orang Yahudi sebagai sikap anti-Semit, kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price, pada Selasa 18 Mei 2021.
"Kami mendesak Presiden Erdogan dan para pemimpin Turki lainnya untuk menahan diri dari komentar yang menghasut, yang dapat memicu kekerasan lebih lanjut," kata Price dalam sebuah pernyataan.
"Bahasa anti-Semit tidak memiliki tempat di mana pun," ujarnya.
Namun, Price tidak merinci ucapan Erdogan mana yang dianggap Amerika Serikat sebagai sikap anti Semit. Departemen Luar Negeri AS pun tidak segera menanggapi permintaan klarifikasi.
Erdogan, yang merupakan pembela vokal Palestina, telah mengkritik Israel karena melakukan serangan udara di Gaza dan menyebutnya sebagai "negara teror" setelah polisi Israel menembakkan peluru karet ke orang-orang Palestina yang melempar batu di Yerusalem.
Anti Semit adalah suatu sikap permusuhan, prasangka, kebencian dan diskriminasi terhadap orang Yahudi, baik sebagai penganut agama Yahudi maupun kelompok etnis.
Sementara itu, China kembali mendesak Israel untuk segera mengakhiri serangan militer dan pertempuran.
"China sangat mengecam kekerasan terhadap warga sipil. Kami sekali lagi mendesak semua pihak, terutama Israel, untuk menghentikan serangan militer, pertempuran, dan melakukan dialog politik sesegera mungkin," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, di Beijing, Selasa.
Upaya tersebut, lanjut dia, dilakukan untuk melindungi keselamatan hak-hak warga sipil dan demi terpeliharanya stabilitas guna menghindari bencana kemanusiaan.
Komunitas internasional, khususnya Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, harus sepakat memberikan dukungan penuh kepada kedua negara dalam meredakan ketegangan, demikian Zhao.
Sebagai Ketua DK-PBB, China telah mengeluarkan empat usulan terkait konflik Palestina-Israel seusai rapat pada Minggu 16 Mei. China juga mengundang kedua belah pihak yang terlibat konflik untuk berunding di China. (Antara/Ant)