ASEAN Diundang di Pertemuan G7, Ini Poin-poin Target Ambisinya
- Rilis Kedubes Inggris (Screenshot)
VIVA – Pertemuan Menteri Luar Negeri & Pembangunan G7 untuk pertama kalinya membahas masalah yang mengancam demokrasi, kebebasan dan hak asasi manusia. Negara-negara tersebut berkumpul di London selama 3 hari mulai 3-5 Mei 2021. Dalam pertemuan dibahas perlunya tindakan tegas terhadap permasalahan global paling kritis yang mengancam dan merusak demokrasi, kebebasan dan hak asasi manusia (HAM).
Dalam pertemuan kali ini ASEAN dalam hal ini ketuanya juga ikut menghadiri.
Masalah yang dibahas termasuk hubungan dengan Rusia, China, dan Iran, serta krisis di Myanmar, kekerasan di Ethiopia, dan perang yang masih terus berlangsung di Suriah.
Negara-negara G7 (Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, AS) berkumpul bersama negara undangan yakni Australia, India, Republik Korea, Afrika Selatan dan Ketua ASEAN).
Pertemuan G7 ini dianggap bersejarah lantaran dianggap menjadi simbol aliansi dan kemitraan dengan kawasan Indo-Pasifik berarti mengatasi tantangan global seperti perubahan iklim, COVID-19, pelanggaran hak asasi manusia dan masyarakat terbuka, ketidaksetaraan gender dan kerawanan pangan adalah hal yang mungkin untuk dilakukan.
Pertemuan diadakan di sebuah tempat yang aman dari COVID di pusat kota London, Inggris menjadi tuan rumah KTT Menteri Luar Negeri dan Pembangunan G7. Pertemuan ini adalah pertemuan tatap muka pertama dari kelompok negara demokrasi terkemuka ini setelah lebih dari dua tahun sebagaimana rilis yang diterima VIVA dari Kedubes Inggris di Jakarta, Rabu petang, 5 Mei 2021.
Selain itu kali ini untuk pertama kalinya, ASEAN diundang untuk mengikuti pertemuan tersebut.
Dalam kesempatan itu Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab menyatakan berupaya menetapkan target ambisius pada pembiayaan iklim dan pendidikan bagi anak-anak perempuan, pendekatan terkoordinasi untuk memperkuat kesehatan global serta langkah-langkah baru untuk mencegah kelaparan.
Raab mengatakan bahwa posisi kepresidenan Inggris di G7 merupakan kesempatan untuk menyatukan masyarakat yang terbuka dan demokratis serta menunjukkan persatuan pada saat yang sangat dibutuhkan untuk mengatasi tantangan bersama dan meningkatnya ancaman.
“Kami akan mengambil tindakan untuk memastikan akses yang adil terhadap vaksin di seluruh dunia, menetapkan target pendidikan bagi anak perempuan di tingkat global, menyetujui tindakan ambisius terhadap perubahan iklim, dan mengembangkan tindakan baru untuk mencegah kelaparan. Adanya teman-teman kita dari Australia, India, Republik Korea dan Afrika Selatan, serta Ketua ASEAN mencerminkan semakin pentingnya kawasan Indo Pasifik bagi G7”, ujar Raab.
Sementara itu Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins mengatakan, G7 sebagai koalisi negara demokrasi paling berpengaruh di dunia memiliki tanggung jawab kepada seluruh dunia pada saat krisis ini. Owen mengungkapkan kegembiraannya bahwa ASEAN telah diundang untuk pertama kalinya dalam pertemuan G7 karena hal tersebut mencerminkan kenyataan bahwa negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, sangat penting bagi masa depan planet kita, ekonomi global kita, serta perdamaian dan stabilitas global.
“Keterlibatan ASEAN dalam pertemuan ini mencerminkan langkah perubahan Inggris dalam keterlibatannya dengan Indo Pasifik”, ungkap Owen Jenkins.
Selain itu Owen menegaskan bahwa Inggris yang menjadi tuan rumah G7 tahun ini yakin akan bisa memberikan kemajuan besar.
“Dari keahlian Inggris di bidang ilmiah dan genomic yang terkemuka di dunia, pengembangan vaksin COVID-19 yang menyelamatkan jiwa, dan kepemimpinan dalam menetapkan target paling ambisius untuk mengatasi emisi iklim dari ekonomi besar. Inggris memiliki banyak hal untuk ditawarkan kepada G7 dan dunia”, ujar dia.