Republik Demokratik Kongo Umumkan Pengepungan karena Serangan Militan

Pasukan dan tank pemerintah terlihat di wilayah timur kota Rumangabo, Republik Demokratik Kongo, Kamis, 26 Juli 2012, setelah pemberontak M23 dan pasukan pemerintah terlibat baku tembak.
Sumber :
  • ANTARA

VIVA – Kelompok militan menewaskan sedikitnya 19 orang, termasuk 10 tentara, dalam penyerbuan di dua desa di Republik Demokratik Kongo timur pada Sabtu, 1 Mei 2021, beberapa jam setelah Presiden Felix Tshisekedi mengumumkan keadaan pengepungan di dua provinsi.

Suzuki Setop Sementara Produksi di Negara Ini Imbas Konflik Panas di Timur Tengah

Lonjakan serangan oleh milisi bersenjata dan kekerasan antarwarga di kawasan timur telah menewaskan lebih dari 300 orang sejak awal tahun, sementara pasukan pemerintah dan pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berjuang untuk menstabilkan situasi.

Serangan terbaru terjadi pada Sabtu pagi ketika gerilyawan menyerang dua desa di pusat kawasan Beni, Kivu Utara, kata pihak berwenang.

Lebanon Luncurkan Rudal ke Israel, Ibu dan Anak Tewas

Kemudian pada hari itu, salah satu imam Beni yang paling berpengaruh ditembak mati oleh penyerang tak dikenal di dalam masjid pusat Beni saat sedang salat isya, menurut laporan media setempat. Imam itu dikenal atas khotbahnya melawan militansi Islam melalui sebuah stasiun radio regional.

Tshisekedi telah mengumumkan status pengepungan di provinsi Kivu Utara dan Ituri pada Jumat (30/4).

Diah Warih dan Hercules Kolaborasi, Pendukung Militan Siap Menangkan Prabowo-Gibran di 2024

"Tujuannya adalah untuk segera mengakhiri ketidakamanan yang membunuh sesama warga kita di wilayah itu setiap hari," kata juru bicara pemerintah Patrick Muyaya.

Dia tidak mengatakan langkah apa yang akan diambil selanjutnya di bawah keadaan terkepung.

Pada Jumat, polisi bersenjata di Beni membubarkan para siswa yang melakukan aksi duduk selama delapan hari di balai kota untuk menarik perhatian pada situasi keamanan yang memburuk. Beberapa siswa terluka dan lainnya ditangkap, menurut seorang saksi mata Reuters.

Sebuah faksi pemberontak Uganda yang aktif di Kongo timur sejak 1990-an, yang disebut Allied Democratic Forces (ADF), diyakini bertanggung jawab atas banyak pertumpahan darah baru-baru ini.

Kelompok itu telah melakukan serentetan serangan pembalasan terhadap warga sipil sejak tentara memulai operasi terhadapnya pada akhir 2019, menewaskan sekitar 850 orang tahun lalu, menurut angka PBB.

Kekerasan telah memicu krisis kemanusiaan. Lebih dari 1,6 juta orang mengungsi di Ituri dari total populasi 5,7 juta orang, kata Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) pada April.

Sekitar 2,8 juta orang membutuhkan beberapa bentuk bantuan darurat, kata badan PBB itu. (ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya