AS Hentikan Penggunaan Vaksin COVID-19 Johnson & Johnson

Vaksin COVID-19.
Sumber :
  • PAHO

VIVA – Badan kesehatan federal Amerika Serikat pada hari Selasa 13 April 2021 merekomendasikan untuk menghentikan penggunaan vaksin COVID-19 produksi Johnson & Johnson, setidaknya selama beberapa hari. Keputusan itu dilakukan setelah enam wanita di bawah usia 50 tahun mengalami pembekuan darah langka setelah menerima suntikan.

Menko Airlangga: Indonesia Siap Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi Berkelanjutan dari Amerika Serikat

Johnson & Johnson menyatakan akan menunda peluncuran vaksin ke Eropa, seminggu setelah regulator di sana mengatakan mereka meneliti gumpalan darah langka di empat penerima suntikan di Amerika Serikat. Afrika Selatan juga menangguhkan penggunaan vaksin J&J.

Penjabat Komisioner Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA), Janet Woodcock mengatakan, penghentian sementara bertujuan untuk memberikan informasi kepada penyedia layanan kesehatan tentang cara mendiagnosis dan mengobati gumpalan, seperti dilansir Channel News Asia, Rabu 14 April 2021. 

Anggota Kongres Sebut AS Sudah Bantu Israel Senilai Rp286 Triliun dalam Bentuk Senjata

FDA mengatakan ada satu kematian yang dilaporkan akibat kondisi pembekuan darah yang langka di antara penerima vaksin J&J, sementara satu orang lagi dalam kondisi kritis.

Gedung Putih mengatakan jadwal penerimaan suntikan J&J dijadwalkan ulang di seluruh negeri ke opsi vaksin lainnya.

Kunker ke Cina hingga AS, Prabowo Bawa Pulang Komitmen Investasi Rp294 Triliun

"Kami memiliki lebih dari cukup pasokan vaksin Pfizer dan Moderna untuk melanjutkan kecepatan saat ini sekitar 3 juta suntikan per hari, dan itu menempatkan kami pada kecepatan yang baik untuk memenuhi target Presiden 200 juta suntikan dalam 100 hari pertamanya menjabat," kata Koordinator COVID-19 Gedung Putih, Jeff Zients, 

Pejabat FDA, Peter Marks mengatakan "sangat jelas" kasus J&J sangat mirip dengan kasus AstraZeneca. Dia mengatakan tidak ada kasus pembekuan darah serupa yang dilaporkan di antara penerima vaksin Moderna atau Pfizer-BioNTech, yang menggunakan teknologi berbeda dan sejauh ini merupakan sebagian besar vaksinasi AS.

Sebelumnya, regulator Eropa mengatakan awal bulan ini bahwa mereka telah menemukan kemungkinan hubungan antara vaksin COVID-19 AstraZeneca dengan masalah pembekuan darah langka yang menyebabkan sejumlah kecil kematian.

Pakar imunologi menggarisbawahi bahwa risiko yang ditimbulkan vaksin J&J sangat rendah. Menurutnya, risikonya lebih rendah daripada risiko pembekuan dari kontrasepsi oral.

"Bahkan jika secara kausal dikaitkan dengan vaksin: 6 kasus dengan sekitar 7 juta dosis bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan," kata Dr Amesh Adalja, pakar penyakit menular di Pusat Keamanan Kesehatan Johns Hopkins di Baltimore. 

Dia menyatakan keprihatinan bahwa penundaan vaksinasi itu dapat meningkatkan keraguan warga untuk divaksinasi.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya