Ekosistem Himalaya Sudah Tak Stabil Ancam Sumber Air Minum Asia
- dw
Tim ilmuwan telah diterjunkan ke lokasi kejadian untuk menyelidiki sebab bencana. Sejumlah pegiat lingkungan kembali menggaungkan kecurigaan lama, betapa proyek bendungan bisa membuat kawasan pegunungan menjadi tidak stabil.
"Area ini sangat rentan, jadi tidak tepat untuk dijadikan lokasi pembangunan dua pembangkit listrik yang saling berdekatan,” kata Himanshu. "Tidak ada perencanaan yang matang, atau penelitian dampak dan studi geologis,” imbuhnya.
Hal senada diungkapkan sejumlah organisasi lingkungan internasional, yang mencatat proyek pembangunan kedua bendungan membuat dinding lembah yang curam menjadi rapuh, dan berisiko longsor.
Kenaikan temperatur juga dinilai berkontribusi pada pelemahan struktur geologi di pegunungan Himalaya. Sebuah studi pada 2019 silam menyimpulkan laju penyusutan gletser meningkat dua kali lebih cepat dibandingkan saat pergantian abad, atau 25 tahun sebelumnya.
"Dampak perubahan iklim di pegunungan Himalaya adalah kenyataan,” kata Benjamin P. Horton, direktur lembaga sains, Earth Observatory of Singapore. Selain bencana alam, penyusutan gletser mengancam pasokan air minum penduduk, atau kelangsungan sektor pertanian, imbuhnya.
Pada 2013 silam, kawasan yang sama pernah dilanda bencana banjir bandang akibat tanah longsor menyusul hujan lebat. Sebanyak 6.000 orang dikabarkan tewas, sementara desa-desa penduduk hanyut terbawa terjangan air.
Cina: air sebagai properti negara
Di bagian utara Himalaya, Cina pun mencatat kenaikan intenstitas bencana di sungai-sungai besarnya. Tahun lalu, banjir di sungai Yangtse menewaskan ratusan orang dan menghanyutkan ribuan rumah.