Rusia Ingin Perusahaan Farmasi Jerman Turut Produksi Vaksin Sputnik V
- dw
Kepala pengembangan IDT Biologika Andreas Neubert secara umum memperingatkanjangan sampai ada ekspektasi publik yang berlebihan. "Setiap proses yang kita bangun, setiap kontrol kualitas dan teknologi yang kita terapkan, akan membutuhkan waktu tertentu,” katanya kepada radio Deutschlandfunk.
Sudah digunakan di 15 negara
Jika disetujui oleh regulator Uni Eropa, Sputnik V bisa menjadi vaksin keempat yang tersedia di kawasan itu setelah vaksin dari BioNTech-Pfizer, Moderna dan AstraZeneca. Namun, peluncurannya saat ini terhambat oleh penundaan pengiriman dan kemacetan produksi.
Jurnal medis terkemuka The Lancet melaporkan pada hari Selasa lalu ((2/2) bahwa Sputnik V, yang dikembangkan di Pusat Penelitian Nasional untuk Epidemiologi dan Mikrobiologi Gamaleya Rusia, memiliki tingkat efikasi 91,6% melawan gejala COVID-19. Penilaian itu dilakukan setelah uji klinis fase III. Namun vaksin Rusia itu dikritik kalangan medis karena sudah digunakan di negara itu secara massal tahun lalu, sebelum semua uji klinis selesai dan hasilnya dianalisis.
Menurut dana investasi publik Rusia RDIF, yang telah mendanai penelitian vaksin, lebih dari 2 juta orang di 15 negara, kebanyakan di negara berkembang, sejauh ini telah menerima suntikan Sputnik V.
Kanselir Jerman Angela Merkel telah menawarkan bantuan pemerintahnya dalam mempercepat persetujuan Sputnik V di Uni Eropa. Prancis dan Spanyol juga telah mengisyaratkan kesediaan mereka menggunakan vaksin itu.
(hp/pkp)