COVID-19 Belum Tuntas, Muncul Kasus Virus Ebola Baru di Afrika
- Independent/AFP
VIVA – Kasus baru virus Ebola kembali diidentifikasi di dekat kota Butembo di timur Republik Demokratik Kongo (DRC). Seorang perempuan ditemukan dengan gejala virus mematikan pada 1 Februari, dan meninggal dunia pada tanggal 3 Februari.
“Tim tanggap provinsi sudah bekerja keras. Mereka juga akan didukung oleh tim respon nasional, yang akan mengunjungi Butembo dalam waktu dekat,” tulis pernyataan Kementerian Kesehatan Butembo, seperti diberitakan Al Jazeera, Senin 8 Februari 2021.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan dari 70 orang yang melakukan kontak dengan wanita tersebut sudah dilacak. Pun, tempat-tempat yang dia kunjungi juga sedang dilakukan disinfeksi.
Sampel telah dikirim ke ibu kota Kinshasa untuk mengonfirmasi kaitan dengan wabah sebelumnya. Menurut WHO, temuan kasus Ebola bukan hal yang aneh, jika sporadis terjadi setelah wabah besar.
Pengumuman tersebut berpotensi menandai dimulainya wabah Ebola ke-12 DRC sejak virus itu ditemukan di dekat Sungai Ebola pada tahun 1976, dengan jumlah lebih dari dua kali lipat dari negara lain mana pun.
Temuan itu juga terjadi hampir tiga bulan setelah DRC mengumumkan diakhirinya wabah ke-11 yang jaraknya ratusan kilometer di provinsi barat laut Equateur, yang menginfeksi 130 orang dan menewaskan 55 orang.
Wabah itu tumpang tindih dengan yang sebelumnya terjadi di timur, yang berlangsung dari 1 Agustus 2018 hingga 25 Juni 2020 yang menewaskan lebih dari 2.200 orang.
Orang terakhir yang dinyatakan sembuh dari Ebola di Equateur adalah pada 16 Oktober 2020 lalu.
Penggunaan vaksinasi Ebola yang telah diberikan kepada lebih dari 40.000 orang, membantu mengekang penyakit tersebut.
Munculnya lebih banyak kasus Ebola tentu dapat mempersulit upaya pemberantasan COVID-19, yang telah menginfeksi 23.600 orang dan menewaskan 681 orang di DRC. Kampanye vaksinasi diharapkan dimulai pada paruh pertama tahun ini.
Ebola adalah demam berdarah akibat virus yang menyebar melalui kontak dengan cairan tubuh. Dalam kasus ekstrem, virus ini menyebabkan pendarahan fatal dari organ dalam, mulut, mata atau telinga.
Tingkat kematian rata-rata dari Ebola adalah sekitar 50 persen. Namun, ini dapat meningkat hingga 90 persen untuk beberapa epidemi. Virus penyebab Ebola diyakini hidup di kelelawar.