Aktivis Anti-China Serukan Boikot Olimpiade Beijing 2022
- dw
Catatan pelanggaran hak asasi manusia China selama bertahun-tahun menjadi sumber perselisihan dengan pemerintah Barat. China secara rutin menolak kecaman Barat tentang catatan pelanggaran tersebut.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan pada hari Rabu (03/02) bahwa pihaknya "sangat terganggu" oleh laporan pemerkosaan sistematis dan pelecehan seksual terhadap wanita di kamp "edukasi ulang" etnis Uighur di wilayah Xinjiang dan mendesak ada konsekuensi serius atas kekejaman tersebut.
Sekelompok senator AS mengatakan Beijing harus dicabut haknya sebagai tuan rumah Olimpiade, meskipun Gedung Putih mengisyaratkan bahwa mereka tidak memiliki rencana untuk melarang atletnya berpartisipasi dalam Olimpiade Beijing 2022..
"Kami saat ini tidak sedang membicarakan tentang mengubah postur atau rencana yang berkaitan dengan Olimpiade Beijing," kata juru bicara Gedung Putih Jen Psaki dalam jumpa pers pekan ini.
China telah menolak seruan semacam itu dan menggambarkannya sebagai sikap yang "sangat tidak bertanggung jawab" dan bermotif politik.
Optimisme Cina
Pada bulan lalu, Presiden Xi Jinping mengatakan "kami tidak hanya akan menjadi tuan rumah ekstravaganza Olimpiade Musim Dingin yang sukses, tetapi juga Olimpiade yang spektakuler dengan karakteristik unik."
China berharap Olimpiade Beijing akan meningkatkan popularitas olahraga musim dingin di dalam negeri dan menunjukkan citra positif di luar negeri. Tetapi isu pelanggaran hak asasi manusia etnis Uighur menjadi sorotan dunia internasional.
Sophie Richardson, Direktur Human Rights Watch di China, mengatakan lingkungan hak asasi yang sudah buruk, makin memburuk "secara eksponensial" sejak Olimpiade Beijing 2008. "Minimal IOC harus jujur dalam konteks penyelenggaraan Olimpiade," tuntutnya.