Logo DW

Penelitian Dunia: Bakteri Berkomunikasi Menyerang Sel Tubuh

Imago/Science Photo Library
Imago/Science Photo Library
Sumber :
  • dw

Bakteri tidak menyerang sendirian. Serangan terhadap inang biasanya dilakukan secara kolektif. Untuk itu, bakteri harus saling berkomunikasi dengan menggunakan unsur pembawa pesan. Untuk mengukur jumlah bakteri di lingkungan tertentu, bakteri mengirimkan molekul "percakapan" yang konsentrasinya terus meningkat selaras dengan jumlah bakteri.

Jika konsentrasi molekul pembawa pesan melewati ambang batas tertentu atau mencapai kuorum, muncul perilaku spesifik "gerombolan" bakteri, berupa sifat baru. Dalam gerombolan, bakteri bisa membentuk lapisan pelindung dari serangan antibodi, atau membuat sintesa racun bersama.

Perang melawan serangan bakteri, kini bisa dilakukan dengan memutus dan mengganggu komunikasinya. Temuan ini juga bisa membantu mencegah multiresistensi antibiotika pada bakteri. Karena serangan patogen, nantinya tidak lagi harus mutlak diobati dengan antibiotika.

Komunikasi diantara bakteri ini ditemukan dalam penelitian yang dilakukan dua pakar mikrobiologi AS, Profesor Bonnie L. Bassler dan Profesor Michael R. Silverman. Kedua ilmuwan mendapat penghargaan Paul Ehrlich- und Ludwig Darmstaedter-Award 2021 yang disertai hadiah uang 120.000 Euro. Penghargaan yang diumumkan di Frankfurt (27/01) ini merupakan salah satu yang paling bergengsi dalam bidang penelitian dasar kedokteran. Banyak penerima penghargaan ini, di kemudian hari mendapat hadiah Nobel bidang kedokteran.

Titik kelemahan bakteri

"Bassler (58) dari Princeton University dan Howard Hughes Medical Institute sementara Silverman (77), Emeritus dari Agouron Institute di La Jolla, California menunjukkan, perilaku kolektif bukan hanya berlaku pada organisme bersel banyak, tetapi juga pada bakteri. Bakteri juga melakukan komunikasi diantara mereka, berinteraksi, membuat kesepakatan dan melakukan koordinasi perilaku", kata pernyataan tertulis dewan yayasan Paul Ehrlich. .

Temuan komunikasi diantara bakteri ini, oleh kedua peneliti mikrobiologi penerima penghargaan, ditengarai sebagai titik kelemahan mikroba, yang bisa dimanfaatkan untuk memeranginya dengan metode baru. Di masa depan, untuk memusnahkan bakteri patogen tidak mutlak diperlukan antibiotika. Melainkan bisa dengan unsur baru yang dikembangkan untuk memutus dan mengganggu komunikasi diantara bakteri.

Seperti diketahui, dewasa ini makin banyak bakteri yang resisten antibotika, yang dipicu penggunaan antibiotika yang tidak rasional di banyak negara. Yayasan Paul Ehrlich di Jerman menilai, hasil riset kedua peneliti merupakan terobosan dan memiliki relevansi tinggi untuk dunia kedokteran.

as/vlz (dpa, epd)