Logo BBC

AS Waspadai Serangan Teroris dari Orang-orang Kecewa Hasil Pilpres

BBC Indonesia
BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

Para pejabat keamanan Amerika Serikat memperingatkan meningkatnya ancaman terorisme domestik dari orang-orang yang tidak puas dengan hasil pemilihan presiden November lalu.

Departemen Keamanan Dalam Negeri mengatakan serangan pada 6 Januari di Gedung Capitol, Washington DC, oleh para pendukung Donald Trump kemungkinan telah mendorong sejumlah ekstremis untuk bertindak.

Dalam surat peringatan, departemen itu mengatakan soal ancaman dari "para individu yang frustrasi dengan penerapan kebihakan oleh pemerintah".

Tetapi menambahkan bahwa tidak ada informasi soal sebuah rencana tertentu yang terkait dengan ancaman terorisme domestik tersebut.

Serangan terhadap Gedung Capitol terjadi saat Kongres mengadakan pertemuan untuk mengonfirmasi kemenganan Joe Biden.

Trump, yang saat itu siap menyelesaikan masa jabatannya, sebelumnya mengatakan kepada ribuan pendukungannya di luar Gedung Putih dan mengulangi klaim tidak berdasar bahwa pemilu telah dicuri darinya.

Trump mengatakan kepada mereka, "Jika Anda tidak berjuang mati-matian, Anda tidak akan memilki negara lagi."

Massa kemudian menuju ke Capitol hingga petugas keamanan gedung kewalahan di tengah penyerbuan. Lima orang, termasuk seorang petugas Kepolisian Capitol, meninggal dalam kerusuhan itu.

Trump kini menghadapi pemakzulkan karena "hasutan pemberontakan yang ia serukan" dan persidangannya di Senat akan dimulai bulan depan.

`Memobilisasi massa`

 

 

Penyerbuan Gedung Capitol
Getty Images
Penyerbuan Gedung Capitol terjadi saat Kongres mengadakan pertemuan untuk mengkonfirmasi kemenganan Joe Biden di pilpres.

 

Surat edaran yang dikeluarkan pada hari Rabu (27/01) mengatakan bahwa Departemen Keamanan Dalam Negeri yakin ancaman yang meningkat selama "minggu-minggu setelah pelantikan presiden yang berjalan lancar".

"Informasi menunjukkan bahwa beberapa elemen ekstremis dengan latar ideologi, yang keberatan terhadap pelaksanaan kewenangan pemerintah dan [yang tak puas dengan] pergantian presiden ... bisa terus bergerak memobilisasi [massa] dan melakukan tindak kekerasan," demikian bunyi edaran itu.

Surat itu menambahkan bahwa beberapa "ekstremis kekerasan domestik ... mungkin menjadi makin berani" terdorong dari serbuan di Gedung Capitol "untuk menargetkan pejabat terpilih dan fasilitas pemerintah".

Ini adalah peringatan publik pertama yang dikeluarkan departemen dalam waktu sekitar satu tahun.

Serangan terhadap Capitol mengejutkan seluruh negeri itu dan otoritas AS bergerak cepat untuk mengidentifikasi dan menangkap mereka yang bertanggung jawab.

Jaksa penuntut mengatakan sejauh ini mereka telah mengidentifikasi 400 tersangka dan menangkap 135 orang terkait kekerasan tersebut.


Penyerbu Gedung Capitol dipuji di Telegram

 

Oleh Regan Morris, BBC News di Los Angeles

Saat pemerintah memperingatkan warga Amerika untuk tetap waspada terhadap potensi serangan dari "ekstremis brutal dalam negeri" yang mungkin merasa lebih berani bertindak setelah kerusuhan pada 6 Januari, banyak orang di negara itu menganggap orang-orang yang menyerbu Capitol sebagai "patriot" yang harus dirayakan.

Di situs media sosial Telegram, di mana banyak kelompok sayap kanan pindah setelah dilarang oleh Twitter dan Facebook, para penyerbu Capitol dipuji sebagai pejuang dan pahlawan kebebasan.

Aliran obrolan penuh dengan konspirasi, plot QAnon, anti-Semitisme dan dukungan untuk Donald Trump.

Tidak jelas siapa yang merupakan identitas asli dan siapa yang mungkin menjadi troll atau bot di situs - beberapa unggahan sangat penuh kebencian dan menyinggung.

Dan banyak yang menyangkal fakta dasar sejarah atau peristiwa masa kini dan mempromosikan kekerasan.

Banyak utas berasal dari pengikut fanatik Donald Trump yang mengatakan dia harus tetap menjadi presiden AS.

Trump di banyak kesempatan mengklaim pilpres telah dicurangi, namun ia tak pernah membebarkan fakta atau bukti atas klaimnya tersebut.